Selasa 17 Jun 2025 10:10 WIB

Rupiah Diprediksi Masih Melemah Akibat Konflik di Timur Tengah

Ketegangan geopolitik terus membayangi stabilitas nilai tukar rupiah.

Karyawan menghitung uang dollar di money changer PT Valuta Artha Mas, ITC Kuningan, Jakarta, Selasa (8/4/2025). Nilai tukar rupiah dibuka melemah ke posisi Rp16.865 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Selasa (8/4/2025) usai libur Lebaran. Diketahui, penurunan nilai rupiah merupakan dampak dari kebijakan baru Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang menerapkan tarif balasan atau resiprokal terhadap ratusan negara. Trump telah mengumumkan tambahan tarif untuk produk impor asal sejumlah negara, termasuk Indonesia sebesar 32 persen yang mulai berlaku penuh per 9 April 2025. Sejumlah mata uang Asia turut melemah. Yuan China melemah 0,17%, rupee India melemah 0,71%, dolar Hong Kong melemah 0,04% dan ringgit Malaysia melemah 0,16%.
Foto: Republika/Prayogi
Karyawan menghitung uang dollar di money changer PT Valuta Artha Mas, ITC Kuningan, Jakarta, Selasa (8/4/2025). Nilai tukar rupiah dibuka melemah ke posisi Rp16.865 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Selasa (8/4/2025) usai libur Lebaran. Diketahui, penurunan nilai rupiah merupakan dampak dari kebijakan baru Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang menerapkan tarif balasan atau resiprokal terhadap ratusan negara. Trump telah mengumumkan tambahan tarif untuk produk impor asal sejumlah negara, termasuk Indonesia sebesar 32 persen yang mulai berlaku penuh per 9 April 2025. Sejumlah mata uang Asia turut melemah. Yuan China melemah 0,17%, rupee India melemah 0,71%, dolar Hong Kong melemah 0,04% dan ringgit Malaysia melemah 0,16%.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Direktur PT Doo Financial Futures Ariston Tjendra mengatakan nilai tukar (kurs) rupiah masih berkonsolidasi di kisaran Rp16.200-Rp16.300 per dolar Amerika Serikat (AS). Pasar tengah menunggu perkembangan konflik antara Iran dengan Israel.

“Nilai tukar rupiah belum bergerak kemana-mana, masih berkonsolidasi di kisaran Rp16.200-Rp16.300. Pasar masih menunggu perkembangan di Timur Tengah, konflik Israel Iran. Tidak ada eskalasi yang membuat pelaku pasar tenang dan kembali masuk ke aset berisiko,” ucapnya di Jakarta, Selasa (17/6/2025).

Baca Juga

Pada Jumat (13/6), Pasukan Pertahanan Israel (IDF) meluncurkan operasi militer besar-besaran bernama "Operation Rising Lion" dengan menyerang target militer dan fasilitas program nuklir Iran.

Angkatan Udara Israel melakukan serangan dalam beberapa gelombang di sejumlah wilayah Iran, termasuk ibu kota Tehran.

Dalam serangan tersebut, sejumlah pejabat militer tinggi Iran dilaporkan tewas, termasuk Kepala Staf Umum Militer Iran Jenderal Mohammad Bagheri dan beberapa komandan Garda Revolusi, serta sejumlah ilmuwan nuklir.

Sebagai balasan, Iran meluncurkan "Operation True Promise 3", yang menyerang berbagai fasilitas militer dan sasaran strategis milik Israel.

Menurut Ariston, para pelaku pasar masih mewaspadai perkembangan konflik ini sehingga kemungkinan nilai tukar dolar AS masih bergerak di kisaran yang sama.

“Dolar AS juga masih terbuka untuk menguat lagi terhadap nilai tukar lainnya karena potensi eskalasi konflik dan juga negosiasi tarif yang berpotensi deadlock lagi,” ujar dia.

Berdasarkan faktor-faktor di atas, nilai tukar rupiah masih ke arah Rp16.300 per dolar AS dengan potensi support di kisaran Rp16.200 per dolar AS.

Apabila konflik ini semakin meluas dan berlangsung panjang, pelaku pasar dipastikan akan mencari aset aman dan kurs rupiah bisa balik melemah ke Rp16.600 per dolar AS.

“Timur Tengah ini produsen minyak mentah, harga minyak bisa naik lagi, harga komoditas lain juga bisa melonjak. Pergerakan logistik bisa terhambat, inflasi naik, ekonomi global goyang,” kata Ariston.

Nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan hari Selasa pagi di Jakarta melemah sebesar 34 poin atau 0,21 persen menjadi Rp16.299 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.265 per dolar AS.

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement