Rabu 21 May 2025 14:27 WIB

Fatwa MUI dan Boikot Israel Ubah Pola Konsumsi, UMKM Diuntungkan

Riset IHW-BRIN ungkap pergeseran ke produk lokal jadi peluang usaha baru.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Gita Amanda
Boikot terhadap produk terafiliasi Israel merupakan bentuk sanksi sosial, ekonomi, dan politik dari masyarakat internasional, termasuk Indonesia. (ilustrasi(
Foto: Republika/Prayogi
Boikot terhadap produk terafiliasi Israel merupakan bentuk sanksi sosial, ekonomi, dan politik dari masyarakat internasional, termasuk Indonesia. (ilustrasi(

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Kepala Center for Sharia Economic Development (CSED) INDEF, Handi Risza, mengatakan boikot terhadap produk terafiliasi Israel merupakan bentuk sanksi sosial, ekonomi, dan politik dari masyarakat internasional, termasuk Indonesia. Handi meyakini gerakan boikot ini memberikan dampak besar terhadap perekonomian, khususnya sektor UMKM.

“Saya yakin, boikot ekonomi, khususnya produk-produk yang terafiliasi dengan Israel, memiliki dampak yang signifikan bagi perekonomian, terutama sektor UMKM,” ujar Handi saat dihubungi Republika di Jakarta, Rabu (21/5/2025).

Baca Juga

Handi menyampaikan konsumen kini mulai beralih ke produk lokal, sehingga membuka peluang baru bagi pelaku usaha kecil dan menengah. Ia menyebut consumer goods seperti makanan, minuman, dan produk harian yang terafiliasi Israel menjadi sektor yang paling terdampak dari gerakan boikot.

“Saya menduga, perusahaan-perusahaan consumer goods yang terafiliasi Israel tersebut mengalami kerugian,” sambung Handi.

Menurutnya, situasi ini dapat menjadi momentum emas bagi UMKM untuk meningkatkan kapasitas produksi dan kualitas produk agar lebih kompetitif di pasar domestik.

Sebelumnya diketahui, gerakan boikot masih terus dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Banyak warga yang memboikot produk terafiliasi dengan Israel. Berdasarkan hasil riset, Gerakan Boikot Israel justru membawa berkah bagi bangsa Indonesia.

Pendiri Indonesia Halal Watch (IHW), Ikhsan Abdullah, menyatakan gerakan boikot Israel harus terus dilanjutkan sebagai bentuk dukungan terhadap Palestina. Ia menegaskan, ketika bangsa Palestina tengah berjuang untuk kemerdekaannya, masyarakat Indonesia bisa menunjukkan solidaritas melalui dukungan ekonomi.

“Kami juga di sini mendapatkan berkahnya (dari mendukung Palestina dan memboikot Israel),” kata Ikhsan saat peluncuran hasil riset IHW-BRIN di Gedung Widya Graha BRIN, Jakarta, Selasa (20/5/2025).

Hasil riset IHW bersama Pusat Riset Agama dan Kepercayaan Badan Riset dan Inovasi Nasional (PRAK BRIN) menunjukkan masyarakat Indonesia mulai menghindari merek-merek global yang dianggap terafiliasi dengan Israel, dan beralih ke produk lokal.

Ikhsan menuturkan, perubahan pola konsumsi masyarakat telah membangkitkan semangat para pengusaha nasional. Meski sempat terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK), riset BRIN dan IHW menemukan munculnya banyak pengusaha baru yang mengisi ruang kosong ditinggal konsumen akibat gerakan boikot.

“Alhamdulillah, jadi ini (gerakan boikot Israel sebagai bentuk dukungan terhadap Palestina) berkah. Gerakan ini membawa berkah bagi bangsa Indonesia, dan kami mendukung gerakan Palestina merdeka,” ujar Ikhsan.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Kelompok Riset Halal dan Layanan Keagamaan pada PRAK BRIN, Fauziah, menambahkan bahwa Fatwa MUI Nomor 83 Tahun 2023 memberikan dampak besar. Fatwa tersebut mendorong umat Islam untuk mengubah pola konsumsinya. “Setelah adanya Fatwa MUI, masyarakat Islam di Indonesia mendengar dan patuh terhadap ulama. Mereka mulai memilih produk lokal, bukan lagi produk luar negeri,” ujar Fauziah.

Ia menambahkan, fatwa tersebut juga mendorong pertumbuhan industri nasional. Jiwa wirausaha masyarakat Indonesia pun semakin muncul sebagai respons terhadap pergeseran pola konsumsi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement