Jumat 09 May 2025 20:46 WIB

Istana Bantah Efisiensi Anggaran Picu Perlambatan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2025 berada pada level 4,87 persen.

Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi.
Foto: BPMI Setpres/
Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi membantah kebijakan efisiensi anggaran pada kementerian/lembaga yang diperintahkan Presiden Prabowo Subianto memicu perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal I 2025. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2025 berada pada level 4,87 persen (year-on-year/yoy), lebih rendah dibanding capaian beberapa tahun terakhir.

"Dengan proses efisiensi kalau dikait-kaitkan misalnya, meskipun tidak selalu pasti ada berkaitan secara langsung, tetapi kemudian saudara-saudara tengok, proses efisiensi itu kan realokasi anggaran, diarahkan untuk kegiatan-kegiatan yang lebih produktif," kata Prasetyo saat memberikan keterangan kepada media di Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (9/5/2025).

Baca Juga

Prasetyo menjelaskan bahwa kondisi pertumbuhan ekonomi yang melambat ini tidak berkaitan dengan kebijakan efisiensi anggaran. Menurut Mensesneg, pertumbuhan ekonomi yang menurun tidak hanya dipengaruhi satu faktor tertentu. Belanja pemerintah yang belum maksimal pada kuartal pertama juga memengaruhi pertumbuhan ekonomi nasional.

Di sisi lain, pemerintah juga melakukan realokasi anggaran untuk kegiatan yang lebih produktif. Hal itu dapat terlihat pertumbuhan ekonomi pada sektor pertanian yang tumbuh di atas 10 persen.

Selain itu, kondisi geopolitik, seperti perang hingga kebijakan terbaru tarif resiprokal yang diberlakukan Presiden AS Donald Trump, juga membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak tumbuh di atas 5 persen.

"Geopolitik dunia juga tadinya kita berharap beberapa konflik segera selesai, tetapi yang lama belum selesai, sekarang bertambah baru. Bertambah baru sekarang saudara-saudara kita di India dan Pakistan bersitegang," kata Prasetyo.

Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan pada kesempatan sebelumnya menyatakan koreksi pertumbuhan ekonomi bisa terjadi pada masa transisi pemerintahan, seperti pada pergantian kabinet tahun 2014.

"Tetapi, semua perlu tahu bahwa pola seperti ini bukan hal baru. Karena pada masa transisi pemerintahan 2014, kuartal pertama dan kedua juga tumbuh di bawah 5 persen. Artinya, dalam masa penyesuaian seperti ini, perlambatan bisa terjadi,” ujar Luhut dalam akun Instagram @luhut.pandjaitan, dikutip di Jakarta, Rabu (7/5/2025).

Salah satu faktor utama perlambatan ekonomi kali ini adalah kontraksi konsumsi pemerintah. Maka dari itu, kata Luhut, percepatan belanja negara menjadi kunci.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement