REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Pemberdayaan dan Pengembangan Wilayah Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat Djoko Setijowarno angkat bicara mengenai rencana Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mengaktifkan seluruh jaringan kereta api di Provinsi Jawa Barat. Djoko mengatakan wacana tersebut juga pernah diutarakan Gubernur Jabar sebelumnya, Ridwan Kamil.
"Semoga reaktivasi jalan rel di Jawa Barat terwujud, tidak sekadar omon-omon belaka," ujar Djoko dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (23/4/2025).
Djoko menyebut rencana reaktivasi sejumlah jalur rel di Jawa Barat bukan hal baru. Akan tetapi, hal itu tidak berjalan maksimal, lantaran tidak didukung anggaran yang mencukupi.
Karena tidak ada dukungan anggaran yang cukup, hanya satu lintas yang dibangun, yaitu Cibatu–Garut sepanjang 19,3 km dengan pembiayaan dari PT Kereta Api Indonesia (KAI).
Menurut data dari Direktorat jenbderal perkeretaapian (2010) ada 14 jalur KA nonaktif yang berada di Provinsi Jawa Barat, yaitu Banjar – Cijulang (83 kilometer), Cikudapateh – Ciwidey (27 kilometer), Dayeuhkolot – Majalaya (18 kilometer), Rancaekek – Jatinangor – Tanjungsari (12 kilometer), Cirebon – Jamblang – Jatiwangi – Kadipaten (67 kilometer), Mundu - Ciledug – Losari (40 kilometer), Cibatu – Garut – Cikajang (47 kilometer), Jatibarang - Indramayu (19 kilometer), Cikampek – Cilamaya (28 kilometer), Cikampek – Wadas (16 kilometer), Kerawang - Lamaran – Rengasdengklok (21 kilometer), Lamaran – Wadas (15 kilometer), Mundu – Ciledug – Losari (40 kilometer), Tasikmalaya – Singaparna (17 kilometer). Djoko mengatakan jalur Cibatu – Garut sudah direaktivasi dan dioperasikan pada 2022.
"Stasiun Cikajang menjadi stasiun tertinggi di Indonesia yang berada di ketinggian 1.246 meter di atas permukaan air laut (mdpl). Stasiun ini sudah 43 tahun terbengkalai seiring dengan dihentikannya operasional jalur Cibatu-Garut-Cikajang pada 1982," ucap Djoko.
Djoko menyampaikan, 1970 merupakan masa kejayaan KA Cibatu – Garut – Cikajang karena menjadi daya tarik para pecinta kereta api dari dalam maupun luar negeri. Jalur Cibatu – Cikajang memiliki panjang sekitar 47 kilometer. sedangkan jalur Garut – Cikajang sepanjang 28 kilometer.
"Selain untuk mengangkut penumpang, Stasiun Cikajang awalnya dibangun untuk jalur transportasi pengiriman hasil perkebunan," sambung Djoko.
Djoko menyampaikan Cikajang merupakan salah satu daerah penghasil teh terbesar di Garut, sehingga jalur kereta ini membantu mengangkut teh dan juga hasil pertanian lainnya. Djoko menyebut Belanda mendirikan sekitar lima perkebunan teh, yakni di Giriwas, Cisaruni, Cikajang, Papandayan, dan Darajat.
"Jalur KA Cibatu – Garut – Cikajang merupakan jalur percabangan yang menghubungkan Stasiun Batu dengan Stasiun Cikajang melewati Kota Garut," lanjut Djoko.
Djoko memaparkan Jalur Cibatu-Garut sepanjang 19,3 km sudah dibangun kembali dan beroperasi pada 22 Maret 2022. Djoko menyampaikan manfaat reaktivasi jalur ini dapat mendukung perekonomian dan pariwisata daerah Garut serta mendulang kembali potensi pariwisata dan perekonomian masyarakat Priangan.
Menurut Djoko, reaktivasi jalur rel di Jawa Barat bukan sekadar semangat, namun perlu tekad yang kuat dan anggaran yang cukup. Oleh sebab itu, perlu dukungan anggaran yang pasti.
"Jika menggunakan APBD, pasti tidak mencukupi. Provinsi Jawa Barat masih perlu membangun jaringan jalan di daerahnya yang perlu segera dituntaskan," ucap Djoko.
Djoko menyampaikan Jabar juga masih memiliki pekerjaan rumah untuk membangun infrastruktur jalan. Djoko menyebut masih banyak ruas jalan ke pelosok Jawa Barat tidak dapat diakses kendaraan, lantaran kondisi jalan masih berupa tanah dan ketika musim hujan sulit dilewati kendaraan.
Oleh karenanya, Djoko optimistis gagasan Dedi dapat terealisasi dalam waktu dekat. Pasalnya, APBD Jabar memiliki keterbatasan dan anggaran Kementerian Perhubungan dipangkas lebih dari 50 persen.
"Apakah mungkin bisa dilakukan reaktivasi jalan rel di Jawa Barat di tengah efisiensi anggaran Kementerian Perhubungan dan minimnya APBD Provinsi Jawa Barat?" tanya Djoko.
Djoko mengingatkan pembangunan jaringan rel yang sudah lama tidak dioperasikan, tidak hanya menggarkan untuk pekerjaan fisik semata. Sejumlah lintas dan stasiun sudah ditempati menjadi permukiman warga setempat.
"Misalnya, melibatkan Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman untuk pengadaan permukiman baru bagi warga yang terkena dampak reaktivasi itu," kata Djoko.