REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berbalik mengalami pelemahan pada perdagangan hari ini, Selasa (22/4/2025). Pengamat menilai, di antara faktor yang memengaruhi pelemahan rupiah adalah adanya prediksi bahwa surplus perdagangan akan menyusut ke depannya, terimbas kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump.
Mengutip Bloomberg, rupiah melemah 53 poin atau 0,32 persen menuju level Rp 16.859,5 per dolar AS pada penutupan perdagangan Selasa (22/4/2025). Pada perdagangan sebelumnya, Mata Uang Garuda berada di level Rp 16.806,5 per dolar AS.
“Neraca perdagangan Indonesia tercatat surplus senilai 4,33 miliar dolar AS pada Maret 2025. Kendati demikian, para ekonom memproyeksikan surplus dagang tersebut akan menyusut secara bertahap pada tahun ini karena dampak tarif Trump,” kata Pengamat Mata Uang Ibrahim Assuaibi dalam keterangannya, Selasa (22/4/2025).
Ia menerangkan, neraca perdagangan Indonesia ke depan masih diliputi ketidakpastian, terutama akibat meningkatnya risiko pelemahan permintaan ekspor dan pergeseran permintaan domestik. Alasannya, terjadi eskalasi perang dagang akibat penerapan tarif resiprokal oleh Presiden AS Donald Trump kepada para mitra dagangnya termasuk Indonesia.
“Tarif Trump tersebut dapat menyebabkan pelemahan permintaan dari mitra dagang utama Indonesia seperti China, AS, dan Uni Eropa sehingga menurunkan volume ekspor, khususnya di sektor manufaktur dan yang berbasis sumber daya alam. Selain itu, fluktuasi harga energi dan mineral global dapat memengaruhi nilai ekspor Indonesia,” jelasnya.
Diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan surplus perdagangan 4,33 miliar dolar AS pada Maret 2025, lebih tinggi dari bulan sebelumnya. Pada Februari 2025, surplus neraca perdagangan tercatat sebesar 3,12 miliar dolar AS. Sementara itu, secara kumulatif, neraca perdagangan selama Januari hingga Maret 2025 mencapai 10,92 miliar dolar AS. Indonesia mencatatkan surplus 59 bulan beruntun sejak Mei 2020.