Kamis 10 Apr 2025 14:28 WIB

IHSG Naik 5,02 Persen, Analis Imbau Beli Saham ''Undervalued''

Analis merekomendasikan mengoleksi saham-saham sektor keuangan khususnya perbankan.

Data perdagangan sesi I Kamis (10/4/2025), IHSG ditutup menguat 299,87 poin atau 5,02 persen ke posisi 6.267,86. (ilustrasi)
Foto: ANTARA FOTO/Bayu Pratama S
Data perdagangan sesi I Kamis (10/4/2025), IHSG ditutup menguat 299,87 poin atau 5,02 persen ke posisi 6.267,86. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Analis dan praktisi pasar modal yang juga Founder WH-Project, William Hartanto menyarankan para investor melakukan aksi beli terhadap saham-saham yang belum mengalami penguatan atau undervalued (di bawah harga wajarnya) di tengah melesatnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Data perdagangan sesi I Kamis (10/4/2025), IHSG ditutup menguat 299,87 poin atau 5,02 persen ke posisi 6.267,86, dengan sebanyak 546 saham naik, 94 saham turun dan 147 saham tidak bergerak nilainya. “Buy, apabila masih ada saham yang belum menguat, ataupun sudah memiliki posisi tapi masih floating loss pun bisa average down,” ujar William di Jakarta, Kamis.

Baca Juga

Lebih spesifik, pihaknya merekomendasikan untuk mengoleksi saham-saham sektor keuangan khususnya perbankan, serta saham perusahaan yang telah menyampaikan rencana akan melakukan pembagian dividen. “Banking dan saham- saham yang membagikan dividen, karena akan ada efek windows dressing,” ujar William.

Ia memproyeksikan penguatan IHSG akan terus bertahan dan mencapai tertinggi di level 6.300 pada perdagangan hari ini, Kamis. “Penguatan untuk hari ini diperkirakan menuju 6.300 atau mendekati level ini hingga akhir sesi,” ujar William.

Ia menjelaskan penguatan IHSG disebabkan oleh pelaku pasar yang merespon positif penundaan implementasi tarif resiprokal selama 90 hari terhadap berbagai negara oleh Presiden Amerika Seriakt (AS) Donald Trump. “Technical rebound dikarenakan faktor jenuh jual dan penundaan tarif Trump selama 90 hari,” ujar William.

Sementara itu, menurutnya, perang tarif impor yang dilakukan oleh AS dan China tidak akan berdampak terlalu signifikan bagi perekonomian Indonesia, “Tidak berdampak signifikan, justru Indonesia jadi selamat karena ada penundaan 90 hari,” ujar William.

Pada Rabu (9/4/2025) sore waktu AS, Trump telah mengumumkan penundaan selama 90 hari atas tarif resiprokal ke berbagai negara mitra dagang, namun tetap menaikkan bea masuk kepada China sebesar 125 persen. Negara yang rencananya akan dikenakan tarif resiprokal lebih tinggi hanya dikenakan tarif dasar sebesar 10 persen. Trump mengatakan sudah ada lebih dari 75 negara yang siap bernegosiasi dengan AS.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement