Rabu 09 Apr 2025 17:48 WIB

Di Depan Prabowo, Pengusaha Mengadu Orderan Turun 30 Persen, 50 Ribu Buruh Bisa Kena PHK

Mitra dari AS sudah meminta pabrik untuk menahan operasi pabrik.

Sejumlah buruh angkut menunggu KM Queen Soya sandar di Dermaga Pelabuhan Samarinda, Kalimantan Timur, Ahad (6/4/2025). Para buruh angkut barang bawaan penumpang mengaku mematok harga sekitar Rp50 ribu hingga Rp400 ribu tergantung jumlah barang, berat dan tempat penumpang tersebut di kapal.
Foto: ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
Sejumlah buruh angkut menunggu KM Queen Soya sandar di Dermaga Pelabuhan Samarinda, Kalimantan Timur, Ahad (6/4/2025). Para buruh angkut barang bawaan penumpang mengaku mematok harga sekitar Rp50 ribu hingga Rp400 ribu tergantung jumlah barang, berat dan tempat penumpang tersebut di kapal.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Prabowo Subianto dan jajarannya bertemu muka dengan sejumlah kelompok, kemarin (8/4/2025). Hadir dalam pertemuan selama tiga jam itu, adalah kelompok pengusaha, kelompok investor, kelompok tani dan nelayan, kelompok buruh, hingga akademisi dan pengamat ekonomi.

Di hadapan Presiden, wakil pengusaha menekankan sejumlah hal yang bisa dilakukan pemerintah. Terutama dalam situasi tarif impor yang meroket yang segera berlaku di Amerika Serika (AS). Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia Jemmy Kartiwa Sastraamadja mengatakan omongan Presiden Trump langsung berdampak ke industri dalam negeri. 

Jemmy mencatat, beberapa anggota asosiasinya langsung dihubungi mitra atau jenama asal AS yang memproduksi item nya di Indonesia. Mitra dan jenama tersebut meminta tiga hal. Pertama, agar pabrikan di Indonesia menahan operasional pabrik, meminta penghentian proses produksi, dan meminta ada diskon tambahan belasan persen. 

Ia menegaskan, beleid tarif AS tersebut langsung berdampak nyata terhadap industri tekstil dalam negeri. Pengurangan produksi diperkirakan bisa 30 persen. "Kita harus bersiap menghadapi demand shock yang sangat serius," kata Jemmy, kemarin.

Persoalan lainnya adalah dengan produksi yang menjadi berlebih dan produksi barang-barang yang terlanjur dibatalkan buyer asing. Ini  perlu segera dimitigasi agar tidak menimbulkan kerusakan yang lebih besar pada industri.

Apakah ada solusi yang bisa diambil pemerintah? Jemmy optimistis. Kata dia, di tengah tantangan ada solusi yang butuh eksplorasi mendalam. Karena secara di atas kertas, RI masih bisa menambah impor sejumlah komoditas dari AS. Misal, kapas berkualitas dari 17 persen menjadi 50 persen.

Jemmy menambahkan, asosiasinya berharap memperoleh kerin tarif ekspor pakaian jadi ke AS dengan persyaratan pakaian jadi yang diekspor ke AS minimum value 20 persen. Sesuai dengan eksekutif order Trump. Jika ini berhasil dinegosiasi maka tarif 32 persen dapat diturunkan ke tingkat yang lebih manageable.

Sementara Ketua Konferderasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia Said Iqbal menambahkan dalam tiga bulan ke depan kemungkinan besar bakal terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) buruh di sejumlah sektor yang disemprit Trump, seperti  tekstil garmen, sepatu, sawit, elektronik dan komponen suku cadang otomotif.

Kebanyakan dari perusahaan ini tekstil, kata dia. Dari catatan di lapangan, di tingkat pabrik itu para pengusaha sektor ini datang dari Taiwan, Hong Kong, dan Korea Selatan.

Mereka itu punya juga pabrik-pabrik di beberapa negara, sehingga ancaman untuk relokasi ke negara-negara itu terjadi, maka akan terjadi efisiensi bahkan bisa ditutup. "Kami kalkulasi, bisa jadi salah, dalam tiga bulan ke depan, di industri-industri yang jadi anggota serikat buruh 50 ribu terancam PHK," kata dia. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement