REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa mengungkapkan rasa percaya dirinya (Pede) bahwa kondisi ekonomi Indonesia tidaklah ‘gelap’, sebagaimana narasi yang berkembang di tengah masyarakat. Ia sempat pesimistis di akhir 2024, namun saat ini berbekal data yang dihimpunnya, diyakini prospek ekonomi Indonesia ke depan akan bergerak membaik.
Hal itu diungkapkan Purbaya dalam agenda Sarasehan dengan Ekonom yang digelar di Menara Mandiri, Jakarta, Selasa (8/4/2025). Di hadapan Presiden RI Prabowo Subianto yang hadir memimpin acara tersebut, Purbaya mengungkapkan mulanya ia mengira ekonomi akan memburuk setelah munculnya data yang cenderung pesimistis pada akhir 2024.
“Saya monitor terus kondisi ekonomi dan triwulan IV tahun lalu saya sempat terkejut karena kondisi sepertinya memburuk. Tingkat penjualan mobil dan motor negatif, penjualan ritel juga kontraksi, semen kontraksi, PMI manufacturing turun ke level di bawah 50 (poin), saya pikir 2025 kita akan susah,” ungkap Purbaya mengawali pidatonya.
Ia juga menyebut, terlebih angka pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) juga mengalami penurunan ke level 4,5 persen. Data itu diakui membuatnya khawatir, sebab income LPS akan terdampak mengalami penurunan.
Tetapi, ia mengatakan, ternyata memasuki 2025, pertumbuhan DPK bergerak positif sekitar 5,5 persen pada Januari 2025, alias menuju level normal. Muncul secercah optimisme. Purbaya pun menelaah data lainnya, seperti penjualan otomotif yang dinilai sudah mulai positif, yang mana angka penjualan sepeda motor pada Februari 2025 tercatat mencapai 4 persen dan penjualan mobil tercatat 2,2 persen. Ia juga menyebut, kondisi ritel mulai tumbuh positif, begitu juga dengan data penjualan semen.
“Jadi sepertinya dari sisi demand ada pembalikan arah ekonomi menunjukkan angkanya baik-baik saja,” ungkapnya.
Adapun dari segi supply, Purbaya mengatakan angka PMI Manufaktur pada awal tahun ini tiba-tiba meloncat positif ke sekitar 52,4 poin. Artinya, ia menyebut, para pengusaha atau manufacturing melihat ke depan terjadi demand yang tinggi, sehingga mereka meningkatkan belanjanya.
“Ini kan tanda-tanda suatu ekonomi yang berbalik. Tadinya akhir paruh tahun lalu keadaan memburuk semua sehingga menimbulkan image seolah-olah kita sedang menuju kegelapan, ternyata di awal tahun sudah berbalik ke arah yang positif,” ujar dia.
Hal itu diperkuat dengan data Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) pada Februari 2025 yang mengalami kenaikan di atas 100. Ia mengklaim, itu artinya konsumen amat optimistis tentang kondisi ekonomi dan otomatis akan belanja lebih banyak ke depannya.
“Survei ini kita lakukan kepada 1.700 KK face to face interview di kota di kampung di 10 provinsi di Indonesia. Ini kita sudah lakukan berpuluh-puluh tahun sehingga kita yakin hasilnya menggambarkan apa yang digambarkan oleh masyarakat, jadi supply demand masyarakat bilang semuanya membaik,” kata dia.