Rabu 09 Apr 2025 07:22 WIB

Bos LPS Sebut Kebijakan Tarif Trump Sebenarnya Bikin Untung

Kontribusi permintaan domestik Indonesia capai 90 persen ke PDB.

Rep: Eva Rianti/ Red: Lida Puspaningtyas
Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa.
Foto: Lembaga Penjamin Simpanan
Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa menyampaikan pandangannya mengenai pengenaan tarif Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang telah menggegerkan pasar keuangan global. Purbaya menilai, Indonesia tidak perlu takut terhadap dampak dari kebijakan proteksionisme Trump tersebut, karena Indonesia memiliki kekuatan domestic demand.

Optimisme Purbaya tersebut terutama lantaran alasan tingginya permintaan domestik di Indonesia. Data yang dihimpunnya menunjukkan permintaan domestik berada di kisaran 90—95 persen, meliputi angka pengeluaran konsumsi lebih dari 60 persen dan pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau investasi sekitar 35 persen. Di samping itu, Purbaya menyebut data ekspor Indonesia juga masih cukup tinggi, yakni 75 persen.

Baca Juga

“Kalau kita jaga domestic demand kita, global market biarin aja,” ujar dia dalam agenda Sarasehan bersama Ekonom yang turut dihadiri langsung oleh Presiden RI Prabowo Subianto di Menara Mandiri, Jakarta, Selasa (8/4/2025).

Menurut Purbaya, langkah-langkah kebijakan Prabowo telah sejalan dalam upaya menjaga permintaan domestik. Sehingga diyakini Indonesia punya kekuatan dalam menghadapi tantangan global akibat dampak tarif Trump.

“Saya lihat Pak Prabowo kelihatan sekali memang menjaga domestic demand, saya pikir itu langkah yang tepat sekali. Jadi santai aja kalau global morat marit, enggak usah takut, karena domestic demand kita kuat,” ungkapnya.

“Selama kita menjaga itu kita akan tumbuh dengan baik, artinya pasar atau pemain di pasar enggak usah terlalu khawatir,” lanjutnya.

 

Kebijakan tarif Trump menguntungkan?

Lebih lanjut, Purbaya justru menilai bahwa kebijakan tarif Trump akan menguntungkan bagi Indonesia. Sebab, para kompetitor Indonesia, mulai dari China, Vietnam, Kamboja, hingga Bangladesh dikenai tarif yang lebih tinggi dibandingkan produk Indonesia.

Berdasarkan keputusan Trump pada 2 April 2025 lalu, produk China diketahui dikenai tarif oleh AS sebesar 34 persen, Vietnam 46 persen, Kamboja 49 persen, dan Bangladesh 37 persen. Indonesia sendiri dikenai tarif sebesar 32 persen.

“Apakah kita rugi atau untung? Kalau saya lihat, saya untung. Trump membantu daya saing produk kita di Amerika. Kita first impact. Kalau itu diketahui pasar, investor enggak akan panik, mereka malah untung, kita akan lebih bagus lagi,” ujar Purbaya.

Menurut analisis Purbaya, kebijakan itu justru merupakan ‘bantuan tersembunyi’ dari Trump untuk Indonesia. Sehingga, ia menekankan agar Indonesia tidak perlu takut dengan kebijakan tersebut.

“Kalau gitu strategi negosiasinya seperti apa, diemin aja, tapi kita harus harus waspada jangan sampai Vietnam dapat nol persen, itu utamanya. Ceteris paribus kita untung, enggak usah takut,” tuturnya. Eva Rianti 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement