Rabu 09 Apr 2025 06:37 WIB

Asosiasi: Daya Beli Masyarakat Turun 25 Persen Saat Lebaran 2025

Penurunan daya beli sebetulnya sudah dirasakan sejak tahun 2024.

Suasana Kawasan Tanah Abang, Jakarta, Selasa (1/4/2025). Pada hari kedua Lebaran, suasana di kawasan Tanah Abang, terlihat sangat berbeda dibandingkan hari-hari biasa. Kawasan pusat perbelanjaan ini yang biasanya ramai dengan pengunjung, kini tampak sepi dan tutup. Pusat grosir pakaian terbesar di Asia Tenggara ini, yang biasanya dipenuhi pengunjung hingga sesak, hari ini terlihat kosong. Lapak-lapak pedagang kaki lima yang biasa memenuhi trotoar dan menyebabkan kemacetan juga tidak terlihat. Menurut informasi yang terpasang di area gedung pasar tersebut akan tutup mulai 31 Maret hingga 7 April 2025, dan dijadwalkan untuk kembali buka pada 8 April 2025 dengan normal seperti biasa.
Foto: Republika/Prayogi
Suasana Kawasan Tanah Abang, Jakarta, Selasa (1/4/2025). Pada hari kedua Lebaran, suasana di kawasan Tanah Abang, terlihat sangat berbeda dibandingkan hari-hari biasa. Kawasan pusat perbelanjaan ini yang biasanya ramai dengan pengunjung, kini tampak sepi dan tutup. Pusat grosir pakaian terbesar di Asia Tenggara ini, yang biasanya dipenuhi pengunjung hingga sesak, hari ini terlihat kosong. Lapak-lapak pedagang kaki lima yang biasa memenuhi trotoar dan menyebabkan kemacetan juga tidak terlihat. Menurut informasi yang terpasang di area gedung pasar tersebut akan tutup mulai 31 Maret hingga 7 April 2025, dan dijadwalkan untuk kembali buka pada 8 April 2025 dengan normal seperti biasa.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) menyebutkan daya beli masyarakat DKI Jakarta menurun sebesar 25 persen saat Lebaran 2025 atau Hari Raya Idul Fitri 1446 Hijriah. "Penurunan daya beli bisa sekitar 25 persen saat Lebaran," kata Ketua APPBI DPD DKI Jakarta Mualim Wijoyo saat dihubungi, Selasa (8/4/2025).

Mualim mengatakan ada beragam faktor mengapa daya beli masyarakat menurun saat Lebaran, yakni sebagian besar masyarakat lebih memilih merayakan Lebaran dengan pulang kampung ataupun mendatangi tempat wisata.

Baca Juga

Untuk peningkatan pengunjung kebanyakan di sektor kuliner, seperti restoran lantaran sebagian masyarakat memanfaatkan liburan untuk makan di mal. "Barangkali karena banyak ART yang pulang ke kampung sehingga mal/resto menjadi jalan keluar untuk sebagian masyarakat tadi," jelasnya.

Faktor lainnya, beberapa toko di pusat perbelanjaan yang masih tutup lantaran liburan hari raya. Selain itu, kata dia, kondisi ekonomi global yang saat ini terbilang tidak baik-baik saja yang mempengaruhi penurunan daya beli.

"Kondisi penurunan daya beli sebetulnya sudah dirasakan di tahun 2024 yang sampai saat ini belum pulih. Adanya penurunan masyarakat kelas menengah merupakan sinyal penurunan daya beli dan tentunya ada faktor-faktor lain," ucapnya.

Oleh karena itu, dia meminta kepada pemerintah untuk bisa lebih bijaksana dalam mencetuskan kebijakan agar tidak membuat kegaduhan yang merugikan masyarakat. Salah satunya, mengenai kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari 11 persen menjadi 12 persen.

"Sarannya pemerintah jangan membuat kebijakan yang merugikan, seperti awal tahun lalu PPN 12 persen walaupun ditunda tetapi terlanjur membuat kegaduhan," kata Mualim.

APPBI DKI juga mendukung adanya pemberantasan impor ilegal agar produk lokal maupun usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) bisa lebih berdaya saing.

 

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement