Selasa 08 Apr 2025 12:33 WIB

Pelaku Pasar Tunggu Hasil Negosiasi Tarif Dagang RI-AS

Tekanan terhadap IHSG akan mereda jika negosiasi berhasil.

Jurnalis memantau layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Selasa (8/4/2025). IHSG dibuka anjlok 9,19 persen ke level 5.912,06 pada perdagangan Selasa (8/4/2025) di tengah gonjang ganjing penerapan kebijakan tarif impor oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Bursa Efek Indonesia (BEI) langsung mengambil tindakan tegas berupa trading halt dan penyesuaian batas Auto Rejection Bawah (ARB) demi menjaga stabilitas pasar. Pada pukul 09.00 WIB, BEI menghentikan sementara perdagangan sistem JATS karena IHSG tercatat turun hingga 8 persen. Perdagangan dilanjutkan kembali pada pukul 09.30 WIB tanpa perubahan jadwal.
Foto: Republika/Prayogi
Jurnalis memantau layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Selasa (8/4/2025). IHSG dibuka anjlok 9,19 persen ke level 5.912,06 pada perdagangan Selasa (8/4/2025) di tengah gonjang ganjing penerapan kebijakan tarif impor oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Bursa Efek Indonesia (BEI) langsung mengambil tindakan tegas berupa trading halt dan penyesuaian batas Auto Rejection Bawah (ARB) demi menjaga stabilitas pasar. Pada pukul 09.00 WIB, BEI menghentikan sementara perdagangan sistem JATS karena IHSG tercatat turun hingga 8 persen. Perdagangan dilanjutkan kembali pada pukul 09.30 WIB tanpa perubahan jadwal.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Negosiasi kebijakan tarif resiprokal Amerika Serikat (AS) yang akan dilakukan Pemerintah Indonesia dinilai akan menjadi penentu arah pasar.

Chief Economist Mirae Asset Rully Arya Wisnubroto mengatakan, hasil negosiasi dinantikan para pelaku pasar modal di tengah tekanan global akibat perang dagang yang memanas.

Baca Juga

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami koreksi 596,33 poin atau 9,16 persen ke posisi 5.914,28 pada pembukaan perdagangan Selasa (8/4/2025). Pelemahan IHSG juga diikuti dengan merosotnya bursa global akibat kebijakan tarif impor tinggi dari Pemerintah AS.

"Pasar saat ini menunggu kejelasan hasil dari negosiasi Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah AS. Harapannya tentu tercapai kesepakatan yang tidak hanya meredakan ketegangan, tetapi juga menguntungkan kedua negara," kata Rully, di Jakarta, Selasa (8/4/2025).

Merespons kebijakan tarif resiprokal tersebut, Pemerintah Indonesia akan mengirimkan delegasi tingkat tinggi yang dipimpin Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto ke Washington DC.

Sebelumnya pada Rabu (2/4), Presiden AS Donald Trump menetapkan tarif balasan terhadap sejumlah negara, termasuk Indonesia yang dikenai tarif sebesar 32 persen untuk berbagai produk ekspor.

Kepanikan di pasar domestik kian meningkat, karena Indonesia tergolong sebagai negara yang cukup bergantung pada perdagangan internasional dan arus investasi asing.

Rully memandang situasi ini membuat pasar saham dalam negeri rentan terhadap gejolak eksternal, terlebih setelah libur panjang Lebaran yang sempat membuat aktivitas perdagangan terhenti.

"Ketika perdagangan dilanjutkan setelah libur panjang Lebaran, pasar saham Indonesia diperkirakan akan menghadapi risiko penurunan yang signifikan akibat tekanan eksternal," ujarnya.

Adapun dari sisi global, sentimen negatif juga datang dari Wall Street yang juga terkoreksi signifikan. Pada perdagangan Senin (7/4), indeks S&P 500 dan Dow Jones sama-sama melemah di tengah kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi dan inflasi yang dipicu oleh sikap keras Presiden Trump terhadap mitra dagang utama, terutama China.

Ia menilai, jika negosiasi RI-AS berhasil mencapai titik temu, maka tekanan terhadap IHSG dapat mereda dalam jangka pendek.

"Pasar berharap akan adanya kesepakatan dagang yang bisa menguntungkan kedua belah pihak, dan menghindari dampak negatif dari perang dagang," kata Rully.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement