Selasa 08 Apr 2025 10:12 WIB

Investor Diimbau Jangan Panik Respons Perkembangan IHSG

Investor ritel diharap tidak mudah terpengaruh oleh sentimen negatif.

Karyawan mengamati layar eletronik pergerakan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta.
Foto: Republika/Prayogi
Karyawan mengamati layar eletronik pergerakan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur PT Reliance Sekuritas Indonesia Tbk Reza Priyambada mengimbau pelaku pasar untuk tetap rasional. Investor diminta tidak larut dalam kepanikan merespons perkembangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada awal perdagangan Selasa (8/4/2025) setelah libur panjang Lebaran.

“Jangan overpanic dengan kondisi ini. Naik turunnya market karena persepsi para pelaku pasar dalam menilai sentimen yang ada di depan matanya. Para pelaku pasar lah yang membuat IHSG dan saham-saham di dalamnya naik dan turun, bukan karena sentimen semata,” ujar Reza dalam keterangan.

Baca Juga

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa pagi bergerak turun mengikuti pelemahan bursa saham global terimbas kebijakan tarif impor Amerika Serikat (AS). IHSG dibuka melemah 596,33 poin atau 9,16 persen ke posisi 5.914,28. Sementara itu, kelompok 45 saham unggulan atau Indeks LQ45 turun 92,61 poin atau 11,25 persen ke posisi 651,90.

Merespons kondisi tersebut, Reza berharap investor, khususnya investor ritel, tidak mudah terpengaruh oleh sentimen negatif yang belum tentu berdampak langsung secara fundamental terhadap emiten-emiten domestik. Bila masih ragu, investor bisa sementara waktu memilih instrumen berisiko rendah seperti reksa dana pasar uang atau obligasi.

“Bagi yang belum mau ikut, nggak apa-apa wait and see dulu dan bisa sementara masuk ke instrumen fixed income maupun reksa dana pasar uang. Namun, tetap optimis kita semua bisa melalui badai ini dengan baik. Bukan malah membuat pelaku pasar lainnya tambah panik,” tuturnya.

Dengan kondisi global yang tengah bergejolak, pelaku pasar lokal diharapkan mampu menjaga optimisme dan berkontribusi dalam menjaga stabilitas pasar. “Sebagai pelaku pasar yang masih cinta dengan IHSG, mari kita angkat IHSG demi kebaikan portofolio bersama,” ujarnya.

Ia juga menyoroti adanya kemungkinan segelintir pihak yang justru berharap IHSG jatuh dalam guna memanfaatkan momentum untuk masuk ke pasar di harga murah. “Apakah memang banyak yang berharap akan terjadi demikian? Di tengah kondisi kusut seperti ini, kenapa banyak yang berharap terjadinya ARB (auto rejection bawah) dan halt trading, alih-alih memberikan harapan dan optimisme ke para pelaku pasar? Atau memang ada oknum pelaku pasar yang benar-benar berharap terjadinya ARB sehingga bisa ‘serok’ harga lebih rendah lagi,” kata dia.

 

 

 

 

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement