Selasa 25 Mar 2025 14:19 WIB

OJK Dorong Sinergi Perbankan Daerah untuk Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan  

Perbankan daerah perlu tikatkan kinerja untuk dorong pertumbuhan ekonomi wilayahnya.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Gita Amanda
Ilustrasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meminta perbankan daerah untuk ikut menidorong pertumbuhan ekonomi wilayahnya. (ilustrasi)
Foto: Antara/Septianda Perdana
Ilustrasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meminta perbankan daerah untuk ikut menidorong pertumbuhan ekonomi wilayahnya. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menekankan pentingnya peran perbankan daerah, termasuk bank syariah, dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, menegaskan hal ini dalam Dialog Bersama Industri Perbankan di wilayah Solo Raya yang digelar di Kantor OJK Solo, Jumat pekan lalu.  

"Perbankan daerah perlu terus meningkatkan kinerja dan kontribusi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di wilayah masing-masing, sehingga secara agregat akan mendorong pertumbuhan ekonomi secara nasional. Kami mengharapkan sinergi antar pihak-pihak terkait di daerah, yakni Bank Indonesia, OJK, dan lembaga terkait lainnya dapat terus ditingkatkan," ujar Dian dalam keterangan tertulis, Selasa (25/3/2025).

Baca Juga

Dian juga menyoroti peran OJK dalam mendukung pengembangan ekonomi daerah sesuai dengan undang-undang. "Saat ini sesuai dengan undang-undang, OJK memiliki peran untuk mendukung pengembangan ekonomi daerah melalui penciptaan dan pengembangan sumber-sumber ekonomi baru di daerah," katanya.

Untuk itu, OJK telah menerbitkan Roadmap Penguatan Bank Pembangunan Daerah 2024-2027 serta Roadmap Pengembangan dan Penguatan Industri BPR BPRS 2024-2027 sebagai panduan penguatan perbankan daerah.  Dalam laporan OJK, industri perbankan nasional menunjukkan kondisi yang stabil dengan pertumbuhan aset Bank Umum sebesar 6,34 persen year-on-year (yoy) pada Januari 2025 menjadi Rp 12.410,7 triliun. Sementara itu, kredit perbankan tetap tumbuh double digit sebesar 10,27 persen yoy menjadi Rp 7.782,2 triliun, dengan Dana Pihak Ketiga (DPK) meningkat 5,51 persen yoy menjadi Rp 8.879,3 triliun.  

Di sektor perbankan syariah, pertumbuhan juga cukup kuat. Total aset perbankan syariah tumbuh 9,17 persen yoy menjadi Rp 948,2 triliun, dengan market share 7,5 persen. Penyaluran pembiayaan mencapai Rp 639,1 triliun atau tumbuh 9,77 persen yoy, sedangkan DPK naik 9,85 persen yoy menjadi Rp 737,4 triliun.  

Untuk Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS), kinerja industri tetap stabil. Kredit dan pembiayaan industri BPR/S tumbuh 5,41 persen yoy menjadi Rp 166,4 triliun, sementara DPK meningkat 8,70 persen yoy menjadi Rp 166,5 triliun per Desember 2024.  

Meskipun menghadapi tantangan, perbankan di wilayah Solo Raya masih mencatatkan pertumbuhan aset yang positif. Total aset perbankan Solo Raya meningkat 2,29 persen yoy menjadi Rp 119,53 triliun. Namun, penyaluran kredit dan pembiayaan mengalami kontraksi sebesar -2,64 persen yoy atau turun Rp 2,8 triliun menjadi Rp 103,6 triliun.  

Di sisi lain, penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) meningkat 3,1 persen yoy menjadi Rp 97,8 triliun, menunjukkan adanya kepercayaan masyarakat terhadap sektor perbankan. OJK menilai bahwa masih ada ruang perbaikan untuk pemulihan pembiayaan, terutama di tengah kondisi likuiditas yang lebih ketat.  

Sebelumnya, dalam Pertemuan Industri Tahunan Jasa Keuangan 2025, OJK memproyeksikan pertumbuhan kredit dan pembiayaan perbankan tahun ini berada di kisaran 9-11 persen, dengan DPK tumbuh 6-8 persen. Proyeksi ini mencerminkan prospek ekonomi nasional yang tetap positif meskipun menghadapi ketidakpastian global dan ketegangan geopolitik.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement