REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anjloknya bursa saham Indonesia pada Selasa (18/7/2025) memicu perhatian tidak hanya di dalam tapi juga luar negeri. Sejumlah pengamat asing ikut angkat bicara mengapa bursa RI bisa merosot hingga tujuh persen.
Analis berbasis Singapura mensinyalir kejatuhan ini disebabkan oleh masalah fiskal. "Investor asing jelas-jelas terguncang oleh sinyal-sinyal yang meresahkan dari Prabowo mengenai realokasi anggaran dan kemampuan Kementerian Keuangan untuk mempertahankan disiplin fiskal secara keseluruhan," kata Homin Lee, seorang ahli strategi makro senior di Lombard Odier Ltd. di Singapura, kemarin dilansir dari Bloomberg.
"Pelemahan dalam pengumpulan pendapatan pemerintah dan defisit awal pada anggaran tampaknya menghidupkan kembali kekhawatiran pasar mengenai masa depan kabinet."
Saham RI sempat anjlok sekitar 7% ke level terendah dalam 3,5 tahun di tengah prospek pertumbuhan dan sentimen menjelang keputusan kebijakan moneter Bank Indonesia pada hari ini. Saham sempat merosot ke 6.011,842 atau level terendah sejak 21 September 2021.
Aksi jual saham tersebut memicu penghentian sementara selama 30 menit setelah kerugian dalam indeks acuan tersebut melampaui 5% untuk pertama kalinya sejak 2020.
Jika memperhitungkan penurunan pada Selasa, pasar saham RI telah jatuh 12% tahun ini. Ini merupakan indeks ekuitas utama terburuk kedua di dunia setelah Thailand. Investor asing telah menjual saham negara tersebut senilai $1,6 miliar pada kuartal ini.
Meskipun pasar Asia Tenggara secara keseluruhan telah menurun sejak pemilihan Presiden AS Donald Trump pada bulan November, namun hal yang membuat pasar khawatri adalah langkah kurang antisipatif dari Prabowo.