REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga eceran bensin di AS diprediksi mengalami kenaikan dalam beberapa minggu mendatang. Tarif baru yang diberlakukan oleh pemerintahan Presiden Donald Trump akan meningkatkan biaya impor energi, menurut para pedagang dan analis.
Prospek tersebut menggarisbawahi konsekuensi yang mungkin tidak diinginkan dari kebijakan perdagangan proteksionis Trump, yang dimaksudkan untuk meningkatkan ekonomi AS tetapi justru dapat menyebabkan tagihan yang lebih besar bagi konsumen.
Tarif 25 persen untuk semua impor dari Meksiko, tarif 10 persen untuk energi Kanada, dan penggandaan bea masuk untuk barang-barang China menjadi 20 persen mulai berlaku pada hari Selasa (4/3/2025). Pemerintahan Trump juga mengenakan tarif 25 persen untuk semua impor Kanada lainnya.
Hal itu telah memicu lonjakan harga bensin grosir di Timur Laut AS, wilayah yang sangat bergantung pada pengiriman bensin, minyak pemanas, dan solar dari Kanada, menurut distributor bahan bakar TACenergy.
Kenaikan itu akan segera mulai terasa di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) New England, dan bisa menambah 20 hingga 40 sen per galon, kata para ahli bahan bakar eceran.
Data dari Badan Informasi Energi menunjukkan harga bensin eceran New England berkisar sekitar 3 dolar AS pada minggu lalu.
"Jika Anda mengisi bahan bakar di Timur Laut, Anda akan melihat kenaikan harga terlebih dahulu dan lebih signifikan," kata analis GasBuddy Patrick De Haan dalam sebuah posting blog pada hari Selasa.
Perusahaan penyulingan Kanada Irving Oil, pemasok utama bahan bakar olahan ke Timur Laut, menaikkan harga produk bahan bakar pada hari Selasa untuk mencerminkan biaya tarif, kata De Haan.