Jumat 14 Feb 2025 16:13 WIB

Rupiah Menguat Signifikan, Tarif Trump Hingga Lawatan Erdogan Jadi Sentimen Positif

Rupiah menguat 110 poin atau 0,67 persen menuju level Rp 16.251 per dolar AS.

Rep: Eva Rianti/ Red: Ahmad Fikri Noor
Petugas menghitung uang dollar AS di tempat penukaran valuta asing.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Petugas menghitung uang dollar AS di tempat penukaran valuta asing.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Nilai tukar mata uang rupiah mengalami penguatan yang cukup signifikan pada perdagangan Jumat (14/2/2025). Pengamat menilai ada sejumlah sentimen eksternal maupun internal yang memengaruhinya, mulai dari rencana tarif global oleh Presiden Amerika Serikat (AS) yang baru berlaku April 2025 mendatang, meredanya tensi geopolitik di Timur Tengah, hingga faktor lawatan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan ke Indonesia. Mengutip Bloomberg, rupiah menguat 110 poin atau 0,67 persen menuju level Rp 16.251 per dolar AS pada penutupan perdagangan, Jumat (14/2/2025).

“Rupiah dalam perdagangan hari ini cukup luar biasa. Salah satu yang membuat mata uang rupiah mengalami penguatan yang cukup signifikan adalah ekspektasi bahwa rencana Trump untuk tarif global timbal balik tidak akan berlaku hingga April, memberikan lebih banyak waktu untuk menghindari perang dagang,” kata Pengamat Mata Uang Ibrahim Assuaibi kepada wartawan, Jumat (14/2/2025).

Baca Juga

Ibrahim mengatakan, dengan adanya kebijakan Trump tersebut, pada Februari dan Maret hingga menjelang April kemungkinan besar perang dagang akan diberhentikan sementara waktu. Menurutnya, faktor tersebut membuat Mata Uang Garuda mampu terkerek.

“Di sisi lain, ada potensi kesepakatan damai antara Rusia dan Ukraina, yang kemungkinan besar (tensi) geopolitik akan memudar tidak lagi akan memanas. Ini yang membuat kondisi fundamental ekonomi kemungkinan besar kembali lagi berjalan seperti normal,” ujar Ibrahim.

Kemudian pula, Ibrahim melanjutkan, China telah mengajukan usulan untuk mengadakan pertemuan puncak antara Trump dan Presiden Rusia Putin yang bertujuan untuk mengakhiri perang di Ukraina.

“Artinya bahwa Tiongkok walaupun sedang digadang-gadang terjadi perang dagang tetapi Tiongkok sendiri pun juga memberikan satu inisiatif untuk melakukan pertemuan antara Presiden AS dan Presiden Rusia untuk membahas tentang perang di Ukraina yang kemungkinan besar perang di Ukraina ini akan segera selesai,” tegasnya.

Ibrahim juga mengatakan sentimen eksternal lainnya yakni kondisi di Eropa mengenai kebijakan suku bunga. Ia menyebut, Produk Domestik Bruto (PDB) di Inggris tumbuh 0,1 persen pada kuartal IV 2024 telah mengindikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi di negara-negara Eropa kembali pulih paska perang Rusia dan Ukraina.

Sentimen Erdogan

Sementara itu, dari dalam negeri, Ibrahim mengungkapkan bahwa kedatangan Erdogan ke Indonesia pada 11—12 Februari 2025 turut menguatkan Mata Uang Garuda. Pasalnya hal itu menimbulkan optimisme bagi para investor, terutama di bidang infrastruktur.

“Kita melihat kedatangan Presiden Turki ke Indonesia membawa angin segar terhadap infrastruktur di Indonesia, terutama di IKN karena kita melihat Turki kemungkinan besar akan melakukan investasi di infrastruktur di IKN ini begitu besar,” ujar Ibrahim.

Ia mengatakan, hal itu membawa harapan bahwa pembangunan infrastruktur di IKN akan kembali berjalan sesuai dengan harapan. “Ini yang membuat investor kembali bergairah di pasar-pasar berbasis infrastruktur,” tegasnya.

Dengan menelaah sentimen-sentimen tersebut, Ibrahim mengekspektasikan bahwa rupiah akan melanjutkan penguatan pada perdagangan selanjutnya, yakni Senin (17/2/2025). “Dalam perdagangan di hari Senin, kemungkinan besar rupiah masih akan mengalami penguatan yang cukup signifikan. Bisa saja rupiah diperdagangkan di Rp 16.200—Rp 16.260 per dolar AS,” tutupnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement