Sabtu 04 Jan 2025 10:00 WIB

Melirik Potensi Investasi dan Perdagangan Hong Kong-Indonesia

Kontribusi BNI jadi jembatan investasi Hong Kong di Indonesia.

Sejak didirikan pada April 1963, Bank Negara Indonesia (BNI) cabang Hong Kong telah beroperasi sebagai satu-satunya Bank Indonesia yang memiliki lisensi penuh di Hong Kong.
Foto: Surya Dinata/Republika
Sejak didirikan pada April 1963, Bank Negara Indonesia (BNI) cabang Hong Kong telah beroperasi sebagai satu-satunya Bank Indonesia yang memiliki lisensi penuh di Hong Kong.

REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Hubungan diplomatik antara Indonesia dan Hong Kong merupakan salah satu yang tertua, yakni menginjak usia 73 tahun. Hong Kong merupakan salah satu mitra utama Indonesia di kawasan terutama di sektor perdagangan, investasi dan pariwisata.

Konsul Jenderal Republik Indonesia untuk Hong Kong Yul Edison mengatakan hingga akhir September 2024 ini, Hong Kong masih tercatat sebagai investor asing kedua terbesar di Indonesia, setelah Singapura. Bahkan tahun ini, investasi Hong Kong di Indonesia sudah menyalip China.

Baca Juga

"Nilainya (investasi) Januari hingga sudah mencapai 6,5 miliar dolar AS (sekitar Rp 103,33 triliun), angka ini sama dengan nilai investasi keseluruhan tahun 2023 lalu. Itu sebuah pencapaian yang luar biasa," ujar Yul kepada Republika, di kantor KJRI Hong Kong, Selasa (3/12/2024) lalu.

Meski demikian, Yul menilai investasi Hong Kong di Indonesia masih sangat potensial untuk ditingkatkan. Menurutnya, pemerintah China memiliki dana yang disimpan di luar negeri untuk dipergunakan sebagai investasi, dan 70 persen dana tersebut ada di Hong Kong. Ini menjadi peluang bagi Indonesia untuk memaksimalkan potensi investasi tersebut.

"Hong Kong adalah salah satu pusat keuangan dunia. Ini peluang yang sangat terbuka lebar untuk kita manfaatkan,” kata pria yang sudah 33 tahun terjun di dunia diplomasi tersebut.

Selama ini menurut Yul, investasi terbesar Hong Kong di Indonesia adalah di sektor pertambangan dan infrastruktur. Namun belakangan, Hong Kong juga mulai investasi di industri kecil seperti salah satunya pengembangan peternakan ayam di Kalimantan Utara.

Yul juga memberikan sarannya bagi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Indonesia yang ingin menembus pasar Hong Kong. Pertama dan menjadi syarat mutlak, fokus dan konsisten pada kualitas. Pelaku UMKM harus bisa menunjukkan bahwa Indonesia juga memiliki produk berkelas. Kedua adalah memiliki standarisasi yang juga akan menentukan kualitas produk Indonesia.

Ketiga, produk harus mudah dijangkau. Ekspansi produk sangat bisa dilakukan melalui platform digital, seperti e-commerce. Terakhir, jalin hubungan lebih baik dengan importir Hong Kong. Terlebih lagi posisi Hong Kong sebagai super connector, sehingga bisa memperluas jangkauan produk pelaku usaha di Indonesia.

"Uniknya para importir Hong Kong, banyak dari mereka merupakan keturunan Indonesia. Mereka umumnya generasi kedua ketiga dari warga Hong Kong yang berasal dari Indonesia, jadi punya kedekatan," kata Yul yang baru Oktober 2023 lalu menjabat sebagai Konjen RI di Hong Kong ini.

photo
Konsul Jenderal RI Hong Kong, Yul Edison, menyerahkan penghargaan prestisius kepada PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI sebagai Best Indonesian Bank in Hong Kong for Serving Indonesia Diaspora dari Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Hong Kong. - (BNI)

Jembatan bertemu potential buyer

Senada dengan Yul, General Manager PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) cabang Hong Kong Farid Faraitody mengatakan, BNI juga berkomitmen untuk terus menjembatani kerja sama perdagangan maupun investasi antara Indonesia dengan Hong Kong. Dari 500 nasabah BNI menurut Farid, mayoritas di antaranya merupakan nasabah korporasi.

"Mayoritas klien kita itu korporat, perusahaan-perusahan yang ada di Hong Kong maupun China. Kebanyakan mereka karena punya bisnis di Indonesia jadi punya angle Indonesia, makanya mereka memilih berbank Indonesia saja di Hong Kong," ujar Farid kepada Republika.

Bahkan menurut Farid, nasabah BNI tak cuma pengusaha asal Hong Kong tapi juga dari Macau dan China. Mayoritas nasabah BNI ini memiliki investasi di Indonesia, seperti pabrik hingga smelter.

Sementara di sektor UMKM, BNI juga rutin mengajak sejumlah nasabah yang memiliki usaha, khususnya di sektor kuliner untuk mengikuti event seperti Hong Kong Food Expo. "Di situ kita biasa mengajak nasabah yang punya produk yang bisa di jual di Hong Kong untuk bertemu potential buyer," kata Farid.

Sebagai contoh, pada Food Expo tahun lalu, BNI berhasil mempertemukan pengusaha tempe asal Indonesia dengan buyer di Hong Kong. Hasilnya langsung dilakukan sekali transaksi pembelian tempe dalam jumlah satu ton.

Farid menegaskan, produk Indonesia memang sangat menarik perhatian pasar di Hong Kong. BNI berkomitmen terus berperan sebagai jembatan bagi pelaku UMKM di tanah air dengan potential buyer.

"Kita ada satu unit di BNI namanya Xpora yang membantu menyeleksi produk UMKM, membantu perizinan, dan nantinya memberi tahu kami yang di BNI Hong Kong. Kami di Hong Kong kemudian akan mencarikan buyernya," ujar Farid.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement