Ahad 24 Aug 2025 15:11 WIB

ASDP dan InJourney Airports Susun Kajian Taksi Air di Bali

Program ini merupakan tindak lanjut dari inisiatif Kementerian Perhubungan.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Ahmad Fikri Noor
Calon penumpang pesawat melihat informasi jadwal keberangkatan di Terminal Internasional Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Badung, Bali, Rabu (18/6/2025).
Foto: AP Photo/Herdyanto
Calon penumpang pesawat melihat informasi jadwal keberangkatan di Terminal Internasional Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Badung, Bali, Rabu (18/6/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) siap mendukung program strategis taksi air atau water taxi di Bali yang ditetapkan melalui Surat Keputusan Kementerian Koordinator Bidang Infrastruktur dan Wilayah (Kemenko Infrawil). Wakil Direktur Utama ASDP, Yossianis Marciano mengatakan, program ini merupakan tindak lanjut dari inisiatif Kementerian Perhubungan dalam menghadirkan moda transportasi laut modern sebagai alternatif untuk mendukung pariwisata dan memperlancar mobilitas masyarakat di Bali.

"Dengan spirit melayani dan menghubungkan nusantara, ASDP ingin memastikan bahwa setiap inisiatif transportasi laut dapat memberikan nilai tambah bagi pariwisata Indonesia serta mendorong tumbuhnya lapangan kerja baru bagi masyarakat di destinasi wisata,” ujar Yossianis dalam keterangan tertulis di Jakarta, Ahad (24/8/2025).

Baca Juga

Yossianis menyampaikan pemerintah pusat hingga pemerintah daerah di Bali turut memberikan dukungan penuh atas program ini. Kemenko Infrawil memegang peran koordinasi lintas sektor, Kemenhub sebagai pengampu kebijakan transportasi, serta pemerintah provinsi dan kabupaten/kota di Bali yang berperan dalam integrasi daerah.

"Sinergi ini menjadi kunci dalam mempercepat lahirnya layanan transportasi laut yang ramah lingkungan dan berkelanjutan," ucap Yossianis.

Yossianis mengatakan keikutsertaan ASDP dalam penyusunan kajian water taxi di Bali adalah wujud nyata dukungan terhadap upaya pemerintah membangun ekosistem transportasi maritim yang mendorong pemerataan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Untuk mewujudkan rencana tersebut, Pemerintah meminta ASDP dan InJourney Airports untuk menyusun kajian menyeluruh terkait rencana implementasi water taxi.

"Kajian tersebut mencakup aspek bisnis, sosial-budaya, hingga keberlanjutan, sehingga hasilnya diharapkan mampu memastikan manfaat optimal bagi masyarakat dan pariwisata Bali," sambung Yossianis.

Yossianis menambahkan layanan water taxi berpotensi menjadi solusi strategis dalam mengurangi kepadatan lalu lintas darat di Bali. ASDP, lanjut dia, hadir mendukung program pemerintah dengan melakukan kajian komprehensif terkait layanan transportasi laut yang aman, modern, dan terintegrasi.

"Kami berharap hasil kajian ini dapat menjadi pijakan kuat untuk menghadirkan konektivitas wisata yang lebih lancar sekaligus memberikan dampak nyata terhadap kesejahteraan masyarakat Bali," ucap Yossianis.

Yossianis memaparkan pertumbuhan wisatawan ke Bali menunjukkan tren yang sangat positif. Menurut data Airport Council International (ACI), jumlah kunjungan telah mencapai 24 juta pada 2024 dan diproyeksikan melonjak menjadi 32 juta wisatawan per tahun dalam lima tahun mendatang.

"Sektor pariwisata sendiri menyumbang lebih dari 52 persen terhadap PDRB Bali, dengan perputaran ekonomi mencapai sekitar Rp 118 triliun per tahun. Hal ini menegaskan urgensi moda transportasi alternatif yang andal dan terintegrasi untuk menunjang pariwisata sekaligus aktivitas logistik," kata Yossianis.

VP Komersial ASDP Rizki Dwianda mengatakan kehadiran water taxi dapat memecah beban arus wisatawan, mengurangi kepadatan menuju bandara, serta memperluas akses perjalanan laut yang nyaman. Efisiensi mobilitas ini diproyeksikan meningkatkan belanja wisatawan sekaligus mendorong pertumbuhan usaha kecil dan menengah di sektor pariwisata Bali.

Rizki mengatakan, ASDP bersama InJourney Airports tengah menyusun kajian bisnis dan sosial budaya untuk memastikan implementasi water taxi memberikan multiplier effect yang optimal. Kajian ini penting agar setiap langkah yang diambil benar-benar memberikan manfaat maksimal, baik dalam penciptaan lapangan kerja, peluang usaha baru, maupun peningkatan pendapatan masyarakat lokal.

Rizki menyampaikan ASDP memandang jalur laut bukan hanya sebagai moda transportasi alternatif, tetapi juga sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi baru. Arus perjalanan yang lebih lancar akan mempercepat perputaran ekonomi, memperluas distribusi logistik, serta mengurangi tingkat kemacetan yang selama ini berdampak pada kegiatan usaha masyarakat lokal.

"Langkah penyusunan kajian ini sekaligus sejalan dengan visi pemerintah pusat dalam memperkuat konektivitas maritim nasional yang inklusif, efisien, dan berdaya saing, guna mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan di seluruh wilayah Indonesia," kata Rizki.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement