REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman merespon pertanyaan awak media seputar Perum Bulog. Masih hangat wacana BUMN tersebut bakal langsung bertanggung jawab terhadap Presiden.
Amran menegaskan pihaknya tak terlalu memikirkan hal itu. Pasalnya, bukan sesuatu yang menjadi skala prioritas. Terpenting, semua berada di bawah satu komando.
"Bulog, Kementerian Pertanian (Kementan), kita satu bendera, kita kolaborasi!" kata tokoh kelahiran Bone, Sulawesi Selatan ini, dalam konferensi pers di Kantor Kementan, Jakarta, Selasa (26/11/2024).
Amran menegaskan, yang terpenting sekarang adalah produksi. Bagaimana volume produktivitas komoditas pangan, ditingkatkan. Pasalnya ada target besar yang dikejar.
Apalagi kalau bukan swasembada. Segala cara efektif bakal dikerahkan. Semua Kementerian/Lembaga wajib bekerja sama.
"Yang terpenting sekarang pertanian, bagaimana berproduksi. Coba kemarin El nino La Nina. Keraskan. Januari, Februari, Maret itu minus, luar biasa minusnya. Tapi kita kerja keras. Alhamdulillah, sekarang membaik," ujar Amran.
Sebelumnya Wakil Menteri Pertanian (Wamentan), Sudaryono mengusulkan Pupuk Indonesia dan Perum Bulog berada di bawah Kementan. Wamentan menilai dengan begitu, koordinasi yang menyangkut kedua BUMN itu dapat dilakukan dengan mudah. Ini demi percepatan pembangunan pertanian nasional.
Meski di bawah Kementan, nantinya tidak akan mengubah Bulog. "Kementan perlu menjadi leading sector pangan, mulai dari hulu hingga ke hilir. Sebab, selama ini lembaga-lembaga di bidang pangan terkesan berjalan sendiri-sendiri," kata Sudaryono, dalam keterangan resmi Kementan.
Senada dengan wakilnya, Amran menerangkan, apa pun skemanya nanti, fungsinya sudah diketahui. Kementan fokus pada produksi. Bulog sebagai penyerap atau offtaker. Lalu Kementerian Pekerjaan Umum untuk infrastruktur irigasi.
"Kita gandengan tangan. Seluruh lembaga di bawah Presiden. Panglima tertingginya Presiden," ujar Mentan.
Saat ini pemerintah fokus meningkatkan produktivitas demi target swasembada. Secara umum ada dua pendekatan yang diterapkan yakni intensifikasi melalui pompanisasi dan optimalisasi lahan di Pulau Jawa, serta ekstensifikasi (perbanyak cetak sawah) di luar Jawa.