Kamis 24 Oct 2024 22:22 WIB

MIND ID Ungkap Realisasi Beragam Proyek Dukung Hilirisasi Mineral

Hilirisasi akan menciptakan integrasi rantai nilai komoditas mineral

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
BUMN Holding Industri Pertambangan Indonesia (MIND ID) semakin optimis untuk menjadi pemimpin pasar global sekaligus penentu harga komoditas atau global price setter.
Foto: dok MIND ID
BUMN Holding Industri Pertambangan Indonesia (MIND ID) semakin optimis untuk menjadi pemimpin pasar global sekaligus penentu harga komoditas atau global price setter.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- BUMN Holding Industri Pertambangan Indonesia, MIND ID, berkomitmen untuk terus menjadi tulang punggung hilirisasi komoditas mineral guna mendukung pemerintah dalam menekan impor serta memperkuat sektor industri manufaktur nasional.

Direktur Portofolio dan Pengembangan Usaha MIND ID, Dilo Seno Widagdo, mengungkapkan bahwa perusahaan telah berhasil merealisasikan sejumlah proyek penting guna mendukung hilirisasi komoditas mineral.

Dilo meyakini hilirisasi akan menciptakan integrasi rantai nilai komoditas mineral dan batubara yang berdampak positif pada pengurangan impor serta penguatan industri dalam negeri.

“Hilirisasi yang kami jalankan dalam 5 tahun terakhir ditujukan untuk memenuhi kebutuhan mineral dan batubara, baik untuk industri maupun masyarakat. Tujuannya adalah mencapai swasembada mineral, sehingga kita tidak lagi perlu mengimpor bahan baku atau bahan setengah jadi dari luar negeri,” ujar Dilo.

Sebagai contoh, Dilo menjelaskan, pasar Indonesia memerlukan lebih dari 70 ton emas setiap tahunnya. Sebelumnya, bahan baku pembentuk emas harus diekspor terlebih dahulu, kemudian diimpor kembali dengan menggunakan harga pasar global. 

Namun, dengan beroperasinya Smelter Freeport Indonesia yang berada di bawah naungan Grup MIND ID, Indonesia kini mampu memproduksi 50 hingga 60 ton emas secara mandiri untuk memenuhi kebutuhan domestik.

“Sebelum adanya smelter, Indonesia harus mengimpor emas untuk kebutuhan dalam negeri. Memang masih ada gap, dan ini yang sekarang coba kita kurangi ke depannya,” tambahnya.

Selain emas, MIND ID juga telah mulai memproduksi asam sulfat, yang sangat dibutuhkan di sektor pertanian, terutama dalam pembuatan pupuk. Produksi asam sulfat dalam negeri ini diharapkan dapat menggantikan impor yang selama ini diperlukan.

“Kebutuhan ini sebelumnya berasal dari impor. Padahal, kita sangat membutuhkan asam sulfat untuk memproduksi pupuk di dalam negeri,” pungkasnya.

Pada tahun ini, MIND ID mencapai milestone penting dalam hilirisasi komoditas mineral dengan berhasil merampungkan dua proyek hilirisasi besar.

Pertama, pembangunan pabrik pemurnian konsentrat tembaga PT Freeport Indonesia di Manyar, Gresik, Jawa Timur, yang merupakan smelter tembaga terbesar di dunia dengan investasi sekitar Rp 58 triliun. 

Smelter ini memiliki kapasitas input sebesar 1,7 juta ton konsentrat per tahun dan mampu menghasilkan 650.000 ton katoda tembaga, 50 ton emas, serta 210 ton perak.

Kedua, pembangunan Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Fase 1 di Mempawah, Kalimantan Barat, yang menelan investasi sebesar Rp16 triliun. Fasilitas ini mampu menyerap 3,3 juta ton bijih bauksit per tahun dan menghasilkan 1 juta ton alumina sebagai bahan baku aluminium.

Ke depan, MIND ID berencana melanjutkan investasi pada SGAR Fase 2, yang akan memperkuat kapasitas produksi alumina serta membangun pabrik smelter untuk memproduksi aluminium.

Dengan berbagai inisiatif hilirisasi ini, MIND ID optimistis dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap penguatan industri nasional, mengurangi ketergantungan impor, serta meningkatkan daya saing manufaktur dalam negeri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement