Sabtu 12 Oct 2024 16:04 WIB

Sentuhan Manis Bikin BUMN Raup Lonjakan Untung, Kisah Transformasi Pos Indonesia

PosIND memiliki semangat baru guna mempercepat kemajuan logistik di Indonesia.

Rep: Tim Republika/ Red: Ahmad Fikri Noor
Transformasi digital di tubuh Pos Indonesia.
Foto: Dok. Republika
Transformasi digital di tubuh Pos Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, Kisah PT Pos Indonesia (Persero) menjadi salah satu bentuk transformasi terbaik yang berhasil dilakukan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Dari kondisi yang terseok-seok secara finansial, Pos Indonesia kini telah bertransformasi dengan nama PosIND berhasil membukukan rekor laba bersih tertinggi perusahaan yakni sebesar Rp 728 miliar pada 2023. Angka ini naik 14 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

BUMN tertua di Indonesia itu bersolek dan berupaya makin akrab dengan anak muda. Transformasi besar Pos Indonesia itu memang didorong oleh Kementerian BUMN. Pada 2020, di tengah pandemi Covid-19 yang melanda dunia, Pos Indonesia justru berhasil mengarungi gelombang dengan masuk dalam arus transformasi digital.

Baca Juga

Sejatinya, pada saat industri sedang dihantam pandemi Covid-19, Pos Indonesia tengah menghadapi permasalahan kompleks di internalnya. Direktur Utama Pos Indonesia atau PosIND, Faizal Rochmad Djoemadi menceritakan, ada tiga hal yang ia soroti sebagai faktor-faktor yang jadi penyebab merosotnya performa PosIND. Pertama, performa finansial, di mana perusahaan tersebut tengah mengalami pelemahan finansial.

Kedua adalah performa bisnis karena kalah saing dengan kompetitor, khususnya di bidang jasa kurir dan logistik. Dia menyoroti banyak konsumen yang merasa tidak puas dengan pelayanannya sehingga menyebabkan market share menurun.

Selain itu, Faizal mengungkapkan adanya masalah di area sumber daya manusia (SDM). PosIND juga mengalami masalah kedisiplinan, di mana para karyawan acuh tidak acuh pada aturan jam kerja. Faizal pun fokus untuk melakukan transformasi bisnis di semua bidang PosIND, di antaranya digitalisasi dan perbaikan layanan.

Upaya itu kemudian membawa hasil positif terhadap PosIND, terutama dari sisi profitabilitas. Laba usaha perusahaan tercatat mencapai Rp 919,98 miliar pada 2023. Angka itu jauh meningkat jika dibandingkan raihan laba usaha pada 2019 yang hanya sebesar Rp 156,70 miliar atau melonjak 487 persen. 

Kinerja positif ini ditopang oleh pendapatan usaha pada 2023 yang mencapai Rp 5,48 triliun atau tumbuh 18,63 persen (yoy). Pendapatan logistik mengalami lonjakan signifikan yakni mencapai 342,46 persen (yoy) menjadi Rp 2,18 triliun. Hal itu cukup mengkompensasi adanya penurunan dari bisnis jasa keuangan yang mengalami penurunan pendapatan sebesar 43,42 persen menjadi Rp 1,25 triliun. PosIND juga mencatat kinerja yang positif itu turut memberikan berkah pada pendapatan kurir yang naik 9,22 persen (yoy) menjadi Rp 1,46 triliun. Aset perusahaan juga tercatat melonjak menjadi Rp 13,66 triliun. Angka itu naik 22,63 persen (yoy) dari Rp 11,14 triliun pada 2022.

Bentuk transformasi Pos Indonesia itu dipertegas dengan adanya peresmian merek dan logo baru menjadi PosIND pada akhir tahun lalu. Nama itu merupakan singkatan dari Pos Indonesia Integrated National Distribution. Peresmian logo dan branding baru merupakan penegasan atas napas baru transformasi menuju BUMN logistik sesuai dengan arahan dari pemerintah melalui Kementerian BUMN. 

PosIND mengusung semangat kolaborasi, integrasi, dan visi untuk membangun sinergi logistik sebagai tulang punggung ekonomi negara. Kehadiran PosIND diyakini akan mendorong perubahan serta membangun masa depan sektor logistik yang lebih baik bagi Indonesia. 

Lahirnya PosIND merupakan wujud langkah transformatif dan awal babak baru dalam sejarah panjang industri pos di Indonesia. Tak hanya menjadi penyedia layanan, PosIND memiliki semangat baru guna mempercepat kemajuan logistik di Indonesia. 

Peresmian PosIND dilakukan di PosCo Bandung, Jawa Barat. PosCo dan Pos Bloc merupakan salah satu bentuk transformasi PosIND dalam rangka agar menjadi relevan menghadapi perubahan zaman.

Tak hanya menjadi relevan dengan perkembangan zaman, kehadiran Pos Bloc juga menjadi langkah konkret dalam mendukung kemajuan UMKM. Kementerian BUMN mengarahkan agar UMKM harus jadi bagian pertumbuhan ekonomi nasional dan memastikan pemberdayaan UMKM berkelanjutan.

photo
Infografis Kinerja Pos Indonesia. - (Tim Infografis)

Jurus Transformasi Pos Indonesia 

Direktur Utama PosIND Faizal Rochmad Djoemadi mengatakan, transformasi dan inovasi menjadi kunci utama dalam menghadapi tantangan industri logistik di Indonesia. Menurut Faizal, setidaknya ada enam faktor yang diperlukan untuk mewujudkan proses transformasi yakni adaptability (adaptif), cost leadership (meminimalkan pengeluaran), customer satisfaction (kepuasan pelanggan), competitiveness (daya saing), employee satisfaction (kepuasan kerja) dan productivity (produktivitas).

"Jadi transformasi dan inovasi itu saya ukur dengan enam key success factor sehingga dari bulan ke bulan saya memperbaikinya," ujar Faizal, beberapa waktu lalu.

Faizal menjelaskan, faktor adaptasi diukur berdasarkan seberapa baik pelayanan PosIND disukai masyarakat sehingga meningkatkan volume layanan. Dari sisi meminimalkan pengeluaran, dilihat berdasarkan seberapa besar perubahan yang dilakukan dapat mengurangi biaya tetap atau fixed cost.

Pada kepuasan pelanggan, parameter yang digunakan adalah seberapa puas pelanggan menikmati layanan PosIND.

"Untuk competitiveness, apakah market share-nya meningkat setelah produknya diperbarui, layanannya diperbaiki, apakah volume penjualannya naik," kata Faizal.

Lebih lanjut, faktor kepuasan kerja juga menjadi prioritas dalam bertransformasi. Faizal menyampaikan, karyawan yang dapat memberikan pelayanan dengan baik, akan membuat pelanggan merasa puas. Pengukuran pelanggan juga dilakukan dengan mengukur Net Promoter Score Index. Dari sisi produktivitas, Faizal memastikan agar perusahaan dapat bekerja dengan efisien dan efektif.

Untuk tahun ini, Faizal memilih hanya menargetkan laba sebesar Rp 300 miliar. Memang angka itu menjadi lebih kecil dibandingkan tahun sebelumnya. Alasannya, laba perusahaan tidak sebagus tahun lalu karena ada beberapa program perusahaan yang butuh investasi.

Faizal mengatakan, perusahaan akan menggelontorkan investasi signifikan untuk sektor Teknologi Informasi (TI) dan robotika. Investasi ini sejalan dengan upaya perusahaan untuk melakukan transformasi teknologi.

"Kalau kita tidak berinvestasi, kita tidak akan sustain dalam jangka panjang. Makanya kita perlu investasi besar agar sustain dalam jangka panjang," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement