Selasa 08 Oct 2024 10:32 WIB

Bank Dunia: Asia Timur-Pasifik Tumbuh Lebih Lambat dari Sebelum Covid

Ekonomi kawasan Asia Timur dan Pasifik tumbuh 4,8 persen pada 2024.

Warga mengunjungi gelaran PRJ Jakarta Fair Kemayoran 2024. Bank Dunia memperkirakan ekonomi kawasan Asia Timur dan Pasifik tumbuh 4,8 persen pada 2024.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Warga mengunjungi gelaran PRJ Jakarta Fair Kemayoran 2024. Bank Dunia memperkirakan ekonomi kawasan Asia Timur dan Pasifik tumbuh 4,8 persen pada 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Dunia (World Bank) mengatakan kawasan Asia Timur dan Pasifik (East Asia and the Pacific) yang sedang berkembang, terus tumbuh lebih cepat daripada kawasan lain di dunia pada 2024. Tapi, pertumbuhannya lebih lambat daripada sebelum pandemi.

"Negara-negara di Kawasan Asia Timur dan Pasifik terus menjadi mesin pertumbuhan bagi ekonomi dunia. Namun, pertumbuhan melambat," kata Vice President of the World Bank for East Asia and the Pacific Manuela V Ferro dalam konferensi pers virtual di Jakarta, Selasa (8/10/2024).

Baca Juga

Bank Dunia memperkirakan ekonomi kawasan Asia Timur dan Pasifik tumbuh 4,8 persen pada 2024 dan 4,4 persen pada 2025, lebih tinggi dari proyeksi April 2024 yang sebesar 4,5 persen pada 2024 dan 4,3 persen pada 2025.

Proyeksi tersebut menunjukkan pertumbuhan kawasan Asia Timur dan Pasifik yang melambat jika dibandingkan sebelum pandemi COVID-19, yang mana pada periode 2015-2019, kawasan tersebut mampu mencatatkan pertumbuhan rata-rata 6,4 persen.

Untuk mempertahankan pertumbuhan yang kuat dalam jangka menengah, Manuela menuturkan negara-negara di kawasan tersebut harus proaktif dalam memodernisasi dan mereformasi ekonomi mereka untuk menavigasi perubahan pola perdagangan dan perubahan teknologi.

Manuela mengatakan Laporan Bank Dunia untuk Update Ekonomi Asia Timur dan Pasifik edisi Oktober 2024 (World Bank East Asia and The Pacific Economic Update October 2024), yang dirilis hari ini menyoroti tiga faktor yang mungkin memengaruhi pertumbuhan regional Asia Timur dan Pasifik, yakni pergeseran perdagangan dan investasi, perlambatan pertumbuhan di China, dan meningkatnya ketidakpastian kebijakan global.

Menurut dia, ketegangan perdagangan baru-baru ini antara Amerika Serikat (AS) dan China telah menciptakan peluang bagi negara-negara seperti Vietnam untuk memperdalam peran mereka dalam rantai nilai global dengan menghubungkan mitra dagang utama.

Namun, ruang lingkup untuk memainkan peran seperti itu mungkin menyusut seiring diberlakukannya aturan asal barang (rules-of-origin) yang lebih ketat terkait pembatasan impor dan ekspor.

Perusahaan-perusahaan Vietnam yang mengekspor ke AS mengalami pertumbuhan penjualan hampir 25 persen lebih cepat daripada yang mengekspor ke tujuan lain selama periode 2018-2021.

Negara-negara tetangga China telah diuntungkan dari pertumbuhannya yang kuat selama tiga dekade terakhir, tetapi ukuran dorongan itu sekarang berkurang seiring dengan perlambatan pertumbuhan China. Impor China hanya tumbuh 2,8 persen dalam tujuh bulan pertama tahun 2024 dibandingkan dengan hampir 6 persen per tahun dalam dekade sebelumnya.

Selanjutnya, ketidakpastian global dapat berdampak negatif pada ekonomi kawasan Asia Timur dan Pasifik. Selain ketidakpastian geopolitik, ketidakpastian kebijakan ekonomi yang meningkat dapat mengurangi produksi industri dan harga saham di kawasan masing-masing hingga 0,5 persen dan 1 persen.

Oleh karena itu, kawasan Asia Timur dan Pasifik perlu memperkuat pendorong pertumbuhan domestik dengan menerapkan reformasi yang lebih mendalam yang telah lama tertunda. Kemudian, menyelesaikan perjanjian perdagangan internasional yang lebih mendalam di kawasan itu dan dengan negara-negara besar lainnya dapat membantu menciptakan perdagangan yang lebih terbuka dan stabil.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement