Jumat 27 Sep 2024 02:32 WIB

Terapkan Zero ODOL, SDM dan Peralatan di Jembatan Timbang Harus Dibenahi

Kemenhub dinilai tidak memiliki sumber daya manusia yang cukup.

 Suasana Unit Pelaksana Penimbangaan Kendaraan atau biasa disebut jembatan timbang Losarang,Kab Indramayu, Jawa Barat, Ahad (11/6). (ilustrasi)
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Suasana Unit Pelaksana Penimbangaan Kendaraan atau biasa disebut jembatan timbang Losarang,Kab Indramayu, Jawa Barat, Ahad (11/6). (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Untuk bisa menjalankan kebijakan Zero Over Dimension Overload (ODOL), perlu ada pembenahan terhadap sumber daya manusia (SDM) dan perangkat peralatannya di jembatan timbang. Jika itu belum  dilakukan maka akan sulit bagi Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menerapkan kebijakan tersebut.

Anggota Dewan Pakar Gerindra sekaligus praktisi transportasi dan logistik, Bambang Haryo Soekartono, mengatakan jumlah SDM di jembatan timbang itu sangat kurang. Peralatannya juga banyak yang sudah rusak.

Baca Juga

Selain itu, dari total 141 jembatan timbang di seluruh Indonesia, sampai sekarang hanya 25 jembatan timbang yang dibuka. Itupun tidak beroperasi 24 jam, hanya 8 jam. “Ini kan sama saja dengan bohong jika mau secara serius menerapkan zero ODOL,” ujarnya.

Dengan kondisi seperti itu, menurut Haryo, menunjukkan bahwa Kemenhub tidak memiliki sumber daya manusia yang cukup. “Kalau tidak memiliki personil yang cukup, tidak mungkin zero ODOL bisa dilaksanakan. SDM-nya aja nggak ada kok,” ucapnya.

Dia menegaskan jembatan timbang harus dibenahi terlebih dahulu, terutama sumber daya manusia dan perangkat peralatannya. “Kalau belum, ya memang sulit kalau mau menerapkan zero ODOL ini,” tandasnya.

Selain jembatan timbang, menurut Haryo, yang perlu dibenahi lainnya adalah daya dukung jalan. Dia mengungkapkan daya dukung jalan atau muatan sumbu terberat (MST) kelas 1 di Indonesia hanya 10 ton. Sementara, di negara lain seperti Cina sudah mencapai 100 ton, Jepang dan Eropa 75 ton. “Artinya, jalan-jalan yang ada sekarang harus dibongkar semua. Konstruksinya harus kuat,” ujarnya.

Karenanya, lanjut Haryo, Kemenhub harus membuat blueprint yang akan menjadi panduan untuk menerapkan zero ODOL. “Kita kan punya lembaga BRIN yang bisa dilibatkan untuk melakukan perencanaan seperti itu. Kan semua litbang ngumpul di BRIN,” katanya.

Haryo mengatakan penerapan zero ODOL ini juga perlu dibicarakan dengan semua stakeholder terkait. Hal itu bertujuan untuk mencari solusi bersama agar tidak ada pihak-pihak yang dirugikan saat kebiajakan ini diterapkan. “Semua stakeholder perlu duduk bersama untuk mencari solusi yang bisa diterima semua pihak,” imbuhnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement