REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hilirisasi menjadi salah satu fokus kerja dalam pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Salah satu contoh positif dari adanya kebijakan tersebut dilakukan pada nikel. Dengan adanya hilirisaasi, ekspornya naik menjadi 200 persen. Keterangan ini disampaikan oleh Guru Besar Ilmu Ekonomi Universitas Diponegoro (UNDIP) Semarang, Firmansyah.
"Kalau ndak salah Pak Gibran (Rakabuming Raka) mengatakan akan melanjutkan hilirisasi. Dalam visi-misinya, Prabowo-Gibran memang memfokuskan pada hilirisasi dalam lima tahun ke depan," ujar Akademisi UNDIP itu dalam diskusi JUARA (Forum Jurnalis dan Akademisi) bertajuk Pengutan Ketahanan Pangan dan Pengentasan Kemiskinan: Pekerjaan Rumah Pemerintah Prabowo-Girbran, disiarkan secara langsung lewat media sosial LP3ES, Ahad (22/9/2024).
Ia kembali menjelaskan makna hilirisasi. Itu adalah proses mengolah barang prime menjadi barang jadi atau setengah jadi. Hasil akhir bisa dijual baik di pasar domestik atau ekspor.
Firmansyah merincikan Dampak dan pentingnya hilirisasi dan industrialisasi bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Pertama ada peningkatan nilai tambah dan pendapatan. Kedua, penciptaan lapangan kerja. Ketiga, Diversifikasi ekonomi.
"Ini banyak kegunaannnya, yaitu mengurangi ketergantungan pada fluktuasi harga komoditas internasional, memacu pertumbuhan di sektor-sektor non-komoditas seperti layanan dan teknologi," ujar dia.
Keempat, pngembangan teknologi dan kapabilitas produksi. Kelima Ketahanan dan keamanan ekonomi. Keenam Dampak sosial, meningkatkan kesejahteraan. Ketujuh Pengaruh pada pembangunan berkelanjutan. "Itu dengan catatan kalau hilirisasi ini meminimalkan dampak lingkungan dan pertumbuhan ekonomi jangka panjang yang ramah lingkungan," tutur Firmansyah.
Badan Koordinasi Penanaman Modal sudah membuat peta hilirisasi. Tentu saja ada tantangannya. Apa saja yang menjadi tantangan yang harus diperdalam atau ditelisik?
Pertama, informasi tentang infrastruktur yang mendukung, seperti ketersediaan jalan, pelabuhan, atau fasilitas pengolahan, yang sangat penting untuk keputusan investasi dalam industri hilir. Berikutnya, belum menunjukkan volume atau skala cadangan sumber daya, untuk mengetahui seberapa besar potensi ekonomi dari sumber daya tersebut.
Ketiga, belum terlihat informasi tentang kelayakan ekonomi atau tantangan lingkungan yang mungkin berhubungan dengan eksploitasi sumber daya ini. Keempat,belum ada penjelasan dampak lingkungan dari pengembangan sumber daya ini, yang merupakan aspek penting dalam perencanaan industri hilir yang berkelanjutan.