Selasa 16 Jul 2024 15:56 WIB

Impor Israel ke RI Terbilang Kecil, Pengamat: Lebih Baik Disetop Saja

Mayoritas masyarakat Indonesia tak menginginkan hubungan dengan Israel.

Rep: Eva Rianti/ Red: A.Syalaby Ichsan
Pekerja beraktivitas di dekat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (10/11/2022). Kementerian Perdagangan mencatat nilai ekspor barang dan jasa naik 21,64 persen secara tahunan (yoy) dan diklaim jadi motor pendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia di triwulan III 2022. Republika/Putra M. Akbar
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Pekerja beraktivitas di dekat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (10/11/2022). Kementerian Perdagangan mencatat nilai ekspor barang dan jasa naik 21,64 persen secara tahunan (yoy) dan diklaim jadi motor pendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia di triwulan III 2022. Republika/Putra M. Akbar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Impor barang dari Israel ke Indonesia masih terjadi dan mencatatkan angka sekitar 2,76 juta dolar AS atau Rp 44,62 miliar per Juni 2024. Pengamat ekonomi dari Universitas Trisakti Trubus Rahardiansyah menilai angka impor dari Israel tidak signifikan, sehingga lebih baik disetop saja.

Selain karena angkanya yang tidak signifikan secara bisnis, pandangan itu tak ayal lantaran mayoritas masyarakat Indonesia tidak menginginkan hubungan dengan Israel. Mengingat aksi brutal negeri Zionis terhadap masyarakat Palestina, termasuk insiden kerusakan rumah sakit Indonesia di perbatasan Gaza yang terjadi beberapa waktu lalu.

Baca Juga

“Menurut saya masyarakat kita sensitif terhadap Israel, jadi lebih baik persoalan-persoalan yang terkait dengan produk-produk impor dari sana disetop saja,” kata Trubus Rahardiansyah saat dihubungi Republika, Selasa (16/7/2024).

photo
Indonesia Impor Apa dari Israel? - (Republika)

Trubus mengatakan, secara bisnis atau perdagangan, besaran impor barang dari Israel ke Indonesia memang tidak seberapa alias terlampau kecil. Indonesia bisa mencari barang substitusinya dengan memproduksi sendiri di dalam negeri, atau bekerjasama dengan negara lain.

“Kalau menurut saya sih substitusi saja, lebih baik dengan mengutamakan dalam negeri saja. Untuk di dalam negeri kita bikin produknya, bisa menyerap tenaga kerja dan juga untuk meningkatkan perekonomian dalam negeri,” ujar dia.

Adapun mengenai bahan bakunya, jika Indonesia tidak memiliki, bisa mengimpor dari negara lain yang memiliki kapabilitas yang tidak kalah dengan barang dari Israel. Lalu, bahan baku itu diolah menjadi barang jadi dan digunakan sendiri di dalam negeri.

Sebelumnya diketahui, laporan Badan Pusat Statistik (BPS) per Juni 2024 mencatat masih ada aktivitas impor barang dari Israel ke Indonesia. Namun, angkanya mengalami penurunan 54 persen pada Juni 2024 dibandingkan bulan sebelumnya.

“Impor asal Israel kecil sekali dibandingkan dengan total impor, turun sekitar 54 persen dibandingkan bulan lalu,” kata Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers, Senin (15/7/2024).

Tercatat, impor barang dari Israel mencapai 2,76 juta dolar AS, atau sekitar Rp44,62 miliar (kurs Rp16.170 per dolar AS) pada Juni 2024. Angka tersebut mengalami penurunan 53,7 persen secara bulanan dari angka 5,97 juta dolar AS pada Mei 2024. Namun, secara tahunan, nilai tersebut tercatat melonjak 82,7 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu di angka 1,51 juta dolar AS.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement