REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia dianggap memiliki risiko jika menyetop kegiatan dagang atau ekspor-impor dengan Israel, meskipun nilai transaksinya sangat kecil. Hal itu kaitannya dengan ‘serangan balik’ terhadap aktivitas dagang Indonesia secara luas dengan negara-negara adidaya.
“Ada risikonya, khawatir Israel melobi negara-negara yang selama ini membantu Indonesia seperti dengan Tiongkok. Itu repot. Israel dan Tiongkok kan dekat,” kata Pengamat dari Universitas Trisakti Trubus Rahardiansyah kepada Republika, Selasa (16/7/2024).
Menurutnya, atas kedekatan itu, Israel berpotensi melakukan upaya pelobian kepada China, sehingga bisa saja memberi pengaruh pada tersendat atau mandeknya aktivitas perdagangan dengan Indonesia. Itu merupakan upaya membalas Indonesia atas langkah penyetopan aktivitas dagang dengan Israel.
Selain dengan Negeri Panda, risiko juga bisa terjadi jika Israel melakukan lobi terhadap negara-negara adidaya lain yang bekerja sama dengannya. Semisal Amerika Serikat (AS) dan Eropa. “Indonesia juga dihadapkan kepada kepentingan Amerika maupun Eropa, itu yang harus dilihat dulu. Jadi kenapa selama ini pemerintah dalam tanda kutip ada keragu-raguan, masalahnya di situ,” ujar Trubus.
Adanya kegiatan dagang dengan Israel bisa dibilang merupakan bentuk formalitas, mengingat Indonesia menganut politik bebas aktif. Sebagai negara yang terbuka, aktivitas dagang dengan negeri Zionis pun berlangsung hingga saat ini, meskipun nilai transaksinya sangat minim.
“Kalau kita terlalu antipati ya enggak bisa, sedangkan negara Timur Tengah saja masih punya link dengan Israel yang selama ini gembar-gembor produk-produknya masih banyak dari Israel,” tuturnya.
Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) per Juni 2024 mencatat masih ada aktivitas impor barang dari Israel ke Indonesia. Tercatat, impor barang dari Israel mencapai 2,76 juta dolar AS, atau sekitar Rp 44,62 miliar (kurs Rp 16.170 per dolar AS) pada Juni 2024.
Angka tersebut mengalami penurunan 53,7 persen secara bulanan dari angka 5,97 juta dolar AS pada Mei 2024. Sementara itu, secara tahunan, nilai tersebut tercatat melonjak 82,7 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu di angka 1,51 juta dolar AS.
Angka impor Israel sebenarnya tidak signifikan terhadap total impor barang ke Indonesia per Juni 2024. BPS mencatat total impor Indonesia pada Juni 2024 adalah sebesar 18,45 miliar dolar AS atau sekitar Rp 298 triliun. Artinya impor barang dari Israel hanya 0,015 persen dari total impor.
“Impor asal Israel kecil sekali dibandingkan dengan total impor, turun sekitar 54 persen dibandingkan bulan lalu. Saking kecilnya ini menjadi tidak berarti dibandingkan total impor,” kata Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers, Senin (15/7/2024).
Komoditas-komoditas utama yang diimpor dari Israel yakni mesin atau perlengkapan elektrik dan bagiannya (HS 85), optik, fotografi, sinematografi, dan medis (HS 90), dan mesin atau peralatan mekanis dan bagiannya (HS 84). Lalu, komoditas perkakas dan peralatan dari logam (HS 82), serta komoditas bahan kimia organic (HS 29).