Jumat 11 Oct 2024 06:00 WIB

Hippindo Sebut Dampak Boikot Israel Masih Terasa

Aksi boikot relatif lebih mereda belakangan ini.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Friska Yolandha
Massa membentangkan spanduk boikot produk Israel saat aksi bela Palestina dan launching gerakan boikot Israel dari Bandung untuk Palestina, yang digelar Aliansi Bela Palestina Boikot Israel (Ababil) di Kota Bandung, Jawa Barat, Sabtu (13/7/2024). Dalam aksi tersebut dilakukan pemasangan dan pembentangan spanduk di depan gerai-gerai yang terafiliasi pro Israel.
Foto: Edi Yusuf
Massa membentangkan spanduk boikot produk Israel saat aksi bela Palestina dan launching gerakan boikot Israel dari Bandung untuk Palestina, yang digelar Aliansi Bela Palestina Boikot Israel (Ababil) di Kota Bandung, Jawa Barat, Sabtu (13/7/2024). Dalam aksi tersebut dilakukan pemasangan dan pembentangan spanduk di depan gerai-gerai yang terafiliasi pro Israel.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) menyampaikan dampak boikot terhadap brand-brand yang diduga terafiliasi mendukung Israel masih terasa. Ketua Umum Hippindo Budihardjo Iduansjah mengatakan situasi tersebut mulai berangsur kondusif.

"Untuk dampaknya itu memang masih ada terhadap beberapa merek dari luar," ujar Budihardjo saat dihubungi Republika di Jakarta, Jumat (27/9/2024).

Baca Juga

Budihardjo bersyukur sentimen dan boikot yang terjadi di Indonesia tidak separah dengan yang terjadi di negara lain. Budihardjo mencontohkan gerai Starbucks yang hingga saat ini masih beroperasi. 

"Untuk Starbucks juga tidak sampai parah sekali," ucap Budihardjo. 

Budihardjo menyampaikan aksi boikot relatif lebih mereda belakangan ini. Budihardjo menilai hal ini disebabkan banyaknya pernyataan dari berbagai pihak, termasuk brand tersebut yang menggunakan pasokan lokal untuk produk di Indonesia. 

"(Dampak boikot) berangsur-angsur sudah mulai pulih karena pernyataan merek itu punya banyak produsen dan tenaga lokal seperti pasokan ayam hingga telur," lanjut Budihardjo. 

Budihardjo mengatakan brand-brand tersebut selama ini memiliki perhatian terhadap penggunaan bahan baku lokal. Hal ini berdampak positif dalam mendukung bahan baku lokal. 

"Kita berharap terus mencintai produk-produk yang dibuat di Indonesia. Walau merek global itu isinya tidak semua impor, banyak bahan lokalnya juga," kata Budihardjo. 

photo
Ratusan Massa dari Yayasan Konsumen Muslim Indonesia dan Gerakan kebangkitan produk nasional turut serta dalam aksi solidaritas Palestina. dengan memboikot produk terafiliasi Israel di depan kedutaan besar Amerika Serikat di Jakarta, Sabtu (9/3/2024). - (Dok Republika) 

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia (YKMI) juga mendorong masyarakat untuk terus menguatkan gerakan boikot di Tanah Air. "Dari 10 merek yang kami rekomendasikan untuk diboikot, itu pun masih belum efektif. Begitu pun dengan konsolidasi dengan merek nasional yang akan menjadi penggantinya. Yang selama ini telah muncul pun itu masih bersifat spontan," kata Juru Bicara YKMI, Megel Jekson. 

 

Dia menyebut, 10 merek itu yakni, Starbucks, Danone, Nestle, Zara, Kraft Heinz, Unilever, Coca Cola Group, McDonalds, Mondelez, Burger King, dan Kurma Israel.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement