Senin 03 Jun 2024 16:47 WIB

Nilai Tukar Petani pada Mei 2024 Turun, Ini Penyebabnya

Angka itu mengalami penurunan 0,06 persen dibandingkan April 2024.

Rep: Frederikus Bata/ Red: Ahmad Fikri Noor
Petani menjemur padi yang dipanen di sawah.
Foto: Edi Yusuf/Republika
Petani menjemur padi yang dipanen di sawah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan nilai tukar petani (NTP) pada Mei 2024 tercatat sebesar 116,71. Angka itu mengalami penurunan 0,06 persen dibandingkan April 2024.

Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti menjelaskan, penurunan NTP terjadi karena indeks harga yang diterima petani (IT), turun sebesar 0,16 persen. Jumlah tersebut lebih dalam dibandingkan dengan penurunan indeks harga yang dibayar petani (IB), sebesar 0,10 persen.

Baca Juga

"Komoditas yang dominan memengaruhi penurunan IT nasional, kelapa sawit, gabah, jagung, dan cabai rawit," kata Amalia, di kantornya, di Jakarta, Senin (3/6/2024).

Amalia melanjutkan peningkatan NTP pada subsektor holtikultura naik sebesar 1,26 persen. Ini terjadi karena IT naik sebesar 1,13 persen, sedangkan IB mengalami penurunan sebesar 0,14 persen. Komoditas yang dominan mempengaruhi kenaikan IT adalah kol, bawang merah, petai, bawang daun.

 

Kemudian, penurunan NTP terdalam terjadi di subsektor tanaman pangan, yakni sebesar 0,86 persen. Ini terjadi karena indeks harga yang diterima petani (IT) turun sebesar 0,99 persen atau lebih dalam dibandingkan penurunan indeks harga bayar petani (IB), yakni 0,13 persen.

"Komoditas yang dominan memengaruhi penurunan IT di subsektor ini, antara lain gabah, jagung, ketela pohon," ujar Amalia.

Selanjutnya, BPS mengumumkan Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) pada Mei 2024, tercatat sebesar 119,92. Jumlah demikian, mengalami penurunan 0,27 persen, dibandingkan April 2024. Penurunan NTUP terjadi karena IT turun sebesar 0,16 persen.

Sementara indeks biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) mengalami kenaikan sebesar 0,11 persen. Amalia menerangkan komoditas yang dominan memengaruhi kenaikan BPPBM yakni bakalan sapi, bibit bawang merah, bibit sapi, upah pemanenan.

"Peningkatan NTUP tertinggi, terjadi di sektor holtikultura, yakni sebesar 0,96 persen," ujar Plt Kepala BPS.

Amalia mengatakan kenaikan ini terjadi karena IT naik sebesar 1,13 persen atau lebih tinggi dari kenaikan BPPBM yang mengalami kenaikan sebesar 0,16 persen. Komoditas yang dominan memengaruhi BPPBM adalah bibit bawang merah, upah mencangkul, upah menuai.

Kemudian penurunan NTUP terdalam, terjadi di subsektor tanaman pangan, yakni sebesar 1,09 persen. Penurunan ini terjadi karena IT turun sebesar 0,99 persen, sedangkan indeks BPPBM mengalami kenaikan sebesar 0,10 persen. Komoditas yang dominan memengaruhi kenaikan BPPBM, yakni upah pemanenan, upah membajak, dan upah penanaman.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement