Sabtu 16 Mar 2024 11:59 WIB

KWT Kampung Hijau Kemuning Tangerang: Kisah Inspiratif TJSL Bank BRI Kelola Lingkungan

Pertanian berkelanjutan ini tak lepas dari andil BRI melalui program BRInita.

Program BRInita merupakan bagian dari tanggung jawab sosial dan lingkungan dari BRI. (ilustrasi)
Foto: BRI
Program BRInita merupakan bagian dari tanggung jawab sosial dan lingkungan dari BRI. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mengubah lahan sempit menjadi lahan produktif. Tanaman hidroponik dibudiyakan demi menciptakan lingkungan tempat tinggal yang bersih, hijau dan nyaman sekaligus menjadi sumber penghasilan tambahan.

Itulah yang dilakukan Kelompok Wanita Tani (KWT) Kampung Hijau Kemuning, Kelurahan Binong, Kecamatan Curug, Kabupaten Tangerang, Banten. Ketua Kelompok Wanita Tani (KWT) Kampung Hijau Kemuning Widi mengungkapkan, budi daya tanaman hidroponik yang dilakukan warga merupakan inisiatif yang menginginkan sebuah perubahan.

"Karena meski lahan yang ada di Kampung Hijau Kemuning itu sempit, dengan inisiatif tersebut, kami bisa mewujudkan lingkungan yang bersih, indah, rapi, dan hijau," ungkapnya.

Widi mengatakan salah satu fasilitas umum di wilayahnya yang tadinya hanya lahan kosong dan tidak terawat akhirnya dimanfaatkan untuk berkebun. Lahan kosong dimanfaatkan warga untuk penanaman toga, sayuran, kunyit, dan bunga telang guna menunjang ketahanan pangan warga sekitar.

“Ada juga greenhouse untuk hidroponik, kemudian rambatan untuk menanam berbagai macam sayuran seperti oyong dan bunga telang yang dapat dimanfaatkan untuk produk-produk Kampung Hijau Kemuning," ungkapnya.

Urban farming yang dijalankan oleh warga Kampung Hijau Kemuning secara khusus dimanfaatkan warga untuk menanam tanaman obat-obatan keluarga (Tanaman Toga). Widi menyebut, dengan berbagai hasil dari tanaman hidroponik Kampung Hijau Kemuning bisa mendapatkan penghasilan sekaligus memberi manfaat yang besar bagi warga sekitar.

Hasil pengolahan tanaman hidroponik ini selanjutnya diolah untuk produk minuman kemasan alami pencegah penyakit, seperti minuman temulawak, kunyit asem, wedang jahe, empon-empon, beras kencur dan ekstrak jahe merah.

"Kami pun bisa menjual sayuran dan dari penanaman kunyit serta bunga telang, juga bisa dimanfaatkan untuk produk minuman tradisional, yakni kunyit asam dan teh bunga telang. Hasil dari jualan tersebut juga kami manfaatkan untuk pembelian bibit tanaman,” ungkapnya.

Pertanian berkelanjutan yang dijalankan warga Kampung Hijau Kemuning tak lepas dari andil BRI melalui program BRInita (BRI Bertani di Kota). Dalam program ini, BRI menyalurkan bantuan Urban Farming berupa pembangunan fisik seperti rumah tanaman atau green house.

Tidak hanya pada bantuan infrastruktur urban farming, BRI juga melalukan pembinaan bagi penerima manfaat berupa pelatihan pengelolaan urban farming dengan menggandeng tenaga ahli/instansi terkait. Termasuk melakukan monitoring dan pengembangan hasil urban farming sehingga mampu menambah nilai ekonomis seperti penjualan, pengelolaan, packaging dan pemasaran.

“Kami juga mendapatkan pelatihan untuk pengemasan produk-produk hasil tanaman dan membuat jenis kemasan yang tepat untuk masing-masing hasil panen,” kata Widi.

Wakil Direktur Utama BRI Catur Budi Harto mengatakan, BRI terus mewujudkan komitmen tanggung jawab sosial dan lingkungan dengan menyalurkan program-program yang secara yang secara nyata dapat mendorong perbaikan ekosistem lingkungan. Program BRInita merupakan salah komitmen nyata BRI bagi pelestarian lingkungan di tengah kota yang memanfaatkan lahan sempit di wilayah padat permukiman.

“Program ini tidak hanya di satu titik saja, tetapi di 21 titik di Indonesia. Dengan bantuan infrastruktur yang kami berikan, harapannya program ini secara kontinyu terus berjalan sehingga menjadi wadah positif bagi masyarakat," ujarnya.

"Kisah inspiratif yang ditunjukkan oleh KWT Kampung Hijau Kemuning diharapkan dapat ditiru oleh kelompok-kelompok lainnya,” kata Catur menambahkan.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement