Rabu 17 Apr 2024 17:32 WIB

Rupiah Masih Melemah, Analis: Kondisi Ini Buat Pelaku Pasar Bias

Kabar baiknya, proyeksi pertumbuhan ekonomi RI masih konsisten lima persen.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Fuji Pratiwi
Warga melakukan penukaran uang rupiah baru di mobil kas keliling Bank Indonesia (BI) di Pasar Rawa Bening, Jakarta, Rabu (20/3/2024).
Foto: Republika/Prayogi
Warga melakukan penukaran uang rupiah baru di mobil kas keliling Bank Indonesia (BI) di Pasar Rawa Bening, Jakarta, Rabu (20/3/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah ditutup di level Rp 16.220 per dolar AS pada Rabu (17/4/2024) sore. Mata uang rupiah melemah 44 poin.

"Mata uang rupiah ditutup melemah 44 poin walaupun sebelumnya sempat melemah 70 poin di level Rp 16.220 dari penutupan sebelumnya di level Rp 16.176. Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah bisa fluktuatif tapi bisa ditutup menguat direntang Rp 16.170 - Rp 16.250," ujar Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam keterangannya, Rabu (17/4/2024).

Baca Juga

Ia menjelaskan, dengan kondisi ini pedagang tetap bias terhadap dolar AS setelah rilis data inflasi dan penjualan ritel AS yang lebih tinggi dari perkiraan. Hal ini menunjukkan bahwa inflasi masih stagnan dalam beberapa bulan terakhir.

Selain itu, peringatan dari Federal Reserve membuat sebagian besar pedagang tidak memperhitungkan penurunan suku bunga lebih awal. Begitu juga memburuknya ketegangan geopolitik di Timur Tengah yang mendorong permintaan safe haven.

Selain itu, para pedagang waspada terhadap kemungkinan tindakan interfensi oleh pemerintah Jepang, terutama karena beberapa pejabat memperingatkan dalam beberapa pekan terakhir bahwa mereka tidak akan mengesampingkan tindakan apa pun untuk membendung pelemahan yen.

Dana Moneter Internasional (IMF) pun kembali mempertahankan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2024 di angka 5 persen. IMF tak mengubah proyeksinya terhadap ekonomi Indonesia di angka 5 persen.  

"Setidaknya IMF telah konsisten terhadap prospek ekonomi Tanah Air dalam tiga laporan berturut-turut," ungkap Ibrahim. 

Meski mempertahankan prospek ekonomi tahun ini, tapu IMF terpantau mengerek proyeksi ekonomi RI pada 2025 menjadi 5,1 persen. Sebelumnya, IMF secara kompak memberikan angka 5 persen terhadap proyeksi ekonomi RI, baik pada 2023, 2024, maupun 2025.  

Hal itu sejalan dengan IMF menyebutkan bahwa negara berkembang yang tergabung dalam G20, salah satunya Indonesia, memegang peran penting bagi aktivitas ekonomi global. Indonesia sebagai produsen utama terbesar untuk transisi energi, yakni nikel.  

Lain IMF, lain pula pemerintah. Perekonoimian Indonesia pada 2024 optimis akan lebih tinggi dibandingkan proyeksi IMF, yakni di angka 5,2 persen, kemudian pada 2025 diproyeksikan mencapai kisaran 5,3 persen–5,6 persen. "Optimisme pemerintah terhadap proyeksi 2024 yang solid dan 2025 yang lebih baik, didukung oleh kondisi politik yang semakin stabil paska pemilihan presiden (Pilpres) serta berbagai indikator makro cukup bagus dan fundamental makro juga kuat, memperkuat optimisme ekonomi terus tumbuh," kata Ibrahim.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement