REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Faktor politik dalam negeri menjelang Pemilihan Presiden 2024 dinilai turut mempengaruhi nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang terus melemah. Rupiah berada di level Rp 15.844 per dolar AS pada Jumat (26/1/2024) pagi ini atau melemah 18,5 poin atau 0,12 persen dari perdagangan sebelumnya.
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia, Mohammad Faisal mengatakan, jika dilihat dari pergerakan nilai tukar negara lain, tren rupiah yang mengalami penurunan paling tajam. Faisal mengatakan, Baht Thailand, Ringgit Malaysia, Won Korea, Yen Jepang hingga Yuan China, dan Rupee India relatif stabil.
"Pergerakan nilai tukar dalam satu minggu terakhir yang melemah, kalau melihat bagaimana pergerakan nilai tukar negara-negara yang lain, tidak ada yang selemah atau trennya setajam ini pelemahannya, seperti rupiah," ujar Faisal kepada Republika.
Faisal pun menilai, penurunan ini menunjukkan tidak hanya dipengaruhi faktor eksternal. Salah satunya Bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) yang tidak akan menurunkan tingkat suku bunganya lebih awal.
"Jadi ada sedikit penundaan setelah paling tidak setelah Maret ya,tapi yang paling jelas menurut saya ini adalah berarti ada faktor besar di sisi domestik Indonesia sendiri dan menurut saya yang terbesar adalah faktor politik," ujarnya.
Pelemahan nilai rupiah ini bisa disebabkan sentimen negatif dari pasar terhadap dinamika politik di Indonesia menjelang pilpres. Hal itu mulai dari masalah governance hingga rumor mundur sejumlah menteri yang kompeten. Untuk masalah governance terdapat prokontra karena salah satu kontestan yang diakomodasi berawal dari adanya keputusan Mahkamah Konstitusi (MK).
"Jadi ini yang merupakan salah satu sentimen negatif (isu politik). Menurut saya terhadap rupiah, sedikit banyak akan berpengaruh tapi walaupun bagaimana kita perlu melihat juga ke depan bagaimana perkembangannya sejauh mana ini kemudian mempengaruhi lebih lanjut pergerakan rupiah itu," ujarnya.
Tak hanya pilpres, Faisal menilai pergerakan nilai rupiah yang menurun juga bisa disebabkan rumor mundurnya sejumlah menteri mulai dari Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Mahfud MD.
"Isu rencana mundurnya beberapa menteri yang dianggap kompeten ya oleh pasar untuk mengelola ekonomi Indonesia termasuk di antaranya Bu Sri Mulyani, mungkin juga Pak Basuki juga beberapa kementerian yang menteri yang lain Pak Mahfud juga yang walaupun di (bidang) hukum ya," katanya.
Menurutnya, berbagai situasi politik tersebut turut menjadi faktor yang mempengaruhi kondisi rupiah hari ini. Sebab, dinamika ini mempengaruhi pasar melihat kondisi stabilitas ekonomi Indonesia yang dipengaruhi oleh politiknya.
"Kita berharap tentu saja tidak terus melemah ya dan saya yakin juga Bank Indonesia pasti akan melakukan intervensi, berusaha untuk tidak terjadi pelemahan secara terus menerus apalagi kalau sampai menembus level Rp 16 ribu," ujarnya.