REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada awal pekan ditutup turun di tengah tren penguatan dolar Amerika Serikat (AS) yang ditopang oleh data ekonomi AS yang masih cukup baik. Kurs rupiah pada Selasa (2/4/2024) ditutup tergelincir 2 poin atau 0,02 persen menjadi Rp 15.897 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp 15.895 per dolar AS.
"Dari global, memang dolar AS saat ini masih melanjutkan tren penguatan, kemarin menembus 105, pertama kalinya sejak November 2023 lalu," kata ekonom Mirae Asset Sekuritas Rully Arya Wisnubroto di Jakarta.
Penguatan dolar AS dipengaruhi oleh kondisi ekonomi AS yang masih cukup baik, terlihat dari data produk domestik bruto (PDB) yang cukup kuat, 3,4 persen pada kuartal IV-2023. Hal ini diperkirakan menyebabkan suku bunga kebijakan AS masih akan tetap ditahan tinggi untuk sementara waktu.
Sementara itu dari dalam negeri, data inflasi yang mencatatkan kenaikan ke level tertinggi dalam tujuh bulan terakhir juga memberi sentimen negatif dari domestik.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat inflasi tahunan (year on year/yoy) pada Maret 2024 sebesar 3,05 persen atau terjadi peningkatan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 102,99 pada Maret 2023 menjadi 106,13 pada Maret 2024.
Namun, Bank Indonesia (BI) masih akan tetap aktif melakukan intervensi untuk mencegah pelemahan rupiah yang terlalu dalam, melalui antara lain intervensi di pasar spot, Domestic Non Deliverable Forward (DNDF), dan pasar sekunder surat berharga negara (SBN).
Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Selasa stabil di level Rp 15.909 per dolar AS.