Kamis 04 Apr 2024 15:17 WIB

Single Stock Futures Penuhi Kebutuhan Derivatif Baru Pasar Modal RI

SSF membawa dimensi baru yang menarik karena fokus SSF pada saham tunggal.

Pekerja berada didekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) usai pembukaan perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2024 di Jakarta, Selasa (2/1/2024).
Foto: Republika/Prayogi
Pekerja berada didekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) usai pembukaan perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2024 di Jakarta, Selasa (2/1/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- President Director Trust Sekuritas Gurasa Siagian mengatakan Single Stock Futures (SSF) akan memenuhi kebutuhan produk derivatif baru di pasar modal Indonesia yang terus berkembang.

"Kita tahu, BEI telah menawarkan berbagai produk derivatif seperti index futures dan bond futures, tetapi kehadiran SSF membawa dimensi baru yang menarik karena fokus SSF pada saham tunggal," ujar Gurasa di Jakarta, Kamis (4/4/2024).

Baca Juga

Menurutnya, peluncuran SSF merupakan langkah positif untuk memperluas keragaman produk derivatif. SSF menyambut baik karena membuka peluang baru bagi perusahaan sekuritas untuk memperluas pangsa pasar produk derivatif.

"Kami sebagai Anggota Bursa (AB) melihat SSF ini sesuatu yang positif. Bisa dikatakan dapat menjadi sarana untuk memperluas market share kami," ujar Gurasa.

Ia menyoroti SSF berpotensi akan meningkatkan pendapatan perusahaan sekuritas melalui pos pendapatan baru.

Ia pun optimistis SSF akan menjadi alternatif menarik bagi nasabah yang sudah berpengalaman dalam trading saham reguler dan mencari variasi dalam portofolio investasi mereka.

"SSF bisa menjadi perluasan portofolio investor, bisa menjadi sumber income baru bagi anggota bursa (AB), dan kita harapkan bisa memperluas market share. Jadi, karena ini kan nanti total revenue-nya sekuritas bisa dari trading saham reguler, trading obligasi reguler, dan juga dari trading produk derivatif, termasuk SSF," ujar Gurasa.

Di sisi lain, ia mengakui pemahaman masyarakat terkait produk derivatif masih terbatas. Sehingga, menurutnya, sosialisasi dan edukasi intensif penting dilakukan kepada masyarakat untuk memahami konsep dan manfaat SSF, baik oleh BEI ataupun AB.

"Peran bursa penting untuk memberikan guidance ke kita AB, karena kan ada beberapa lembaga lain atau stakeholder lain seperti KSEI dan KPEI yang juga harus sinkron dengan sistem yang dimiliki oleh AB. Itu juga penting menurut saya, karena supaya pada saat awal peluncuran itu perception market atau penerimaan investor itu positif," ujar Gurasa.

BEI akan menerbitkan 15 seri SSF paling cepat pada April atau Mei 2024, untuk melengkapi produk derivatif yang sudah ada di pasar modal Indonesia.

"Target awal kami pada Desember 2023. Tapi, karena market belum siap, belum terlalu familiar, jadinya diundur. Setelah persiapan lebih matang, mudah-mudahan bisa kami launching satu atau dua bulan dari sekarang,” ujar Kepala Divisi Pengembangan Bisnis 1 BEI Firza Rizqi Putra.

Firza menjelaskan, ke-15 seri tersebut berasal dari lima underlying saham yang merupakan konstituen LQ45. Di antaranya PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), PT Astra International Tbk (ASII), dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA).

"Dengan masing- masing periode kontrak, yaitu 1 bulan, 2 bulan, dan 3 bulan," ujar Firza.

 

 

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement