REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia dikaruniai potensi panas bumi yang cukup besar, yakni mencapai 40 persen dari potensi panas bumi di dunia. Untuk mendukung era transisi energi dalam memenuhi target net zero emission, potensi panas bumi di Indonesia perlu mendapatkan porsi yang memadai.
Caranya dengan menghasilkan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) yang bersifat berkelanjutan. Anggota Dewan Energi Nasioanal (DEN) RI, As Natio Lasman menyampaikan, baru sekitar 10 persen atau 2,4 gigawatt (GW) potensi panas bumi yang dimanfaatkan untuk PLTP.
Sehingga, perlu adanya dukungan dari berbagai pihak untuk mendukung percepatan pengembangan panas bumi di Indonesia. Karena itu, ia mengajak berbagai pihak mendukung percepatan pembangunan PLTP.
"Terutama, penting untuk menggandeng universitas dalam mendukung langkah-langkah menuju misi ini. Saya rasa kontribusi pendidikan, terutama melalui peran universitas, akan menjadi pilar utama yang baik untuk mewujudkan visi bersama menciptakan percepatan pengembangan panas bumi,” kata As Natio di Jakarta, Rabu (17/2/2024).
Dosen Pascasarjana Energi Terbarukan Universitas Darma Persada (Unsada) tersebut menjelaskan, kampusnya juga berkomitmen mendukung pengembangan energi terbarukan dengan menggelar forum group discussion (FGD) mengenai potensi panas bumi. FGD dihadiri berbagai sektor, perwakilan pemerintah, praktisi industri, asosiasi, akademisi, maupun mahasiswa.
Kepala Program Studi Teknik Energi Terbarukan Sekolah Pascasarjana Unsada, Aep Syaepul Uyun menyampaikan, FGD ditujukan untuk berkolaborasi dalam merancang solusi inovatif untuk meningkatkan pemanfaatan panas bumi, sebagai sumber energi yang berkelanjutan. Menurut dia, universitas memiliki peran kunci dalam memajukan teknologi berkelanjutan.
"Dan energi panas bumi menjadi fokus utama kami saat ini. Melalui FGD ini, kami ingin menciptakan platform kolaboratif untuk mendukung riset inovatif dan pengembangan proyek-proyek yang dapat memberikan kontribusi positif terhadap keberlanjutan lingkungan," ungkap Aep.