REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meskipun potensi kecerdasan buatan AI Generatif (GenAI) masih dalam tahap realisasi, terdapat pandangan positif mengenai teknologi yang akan berdampak pada pembaharuan cara kerja ini.
Dalam EY 2023 Work Reimagined Survey terbaru, sebanyak 64 persen karyawan di Asia Tenggara memperkirakan GenAI akan meningkatkan fleksibilitas kerja dan 71 persen saat ini sudah menggunakan atau berencana menggunakan GenAI dalam 12 bulan mendatang. Di Asia Tenggara, perusahaan juga mempertimbangkan teknologi ini, dengan 86 persen mengharapkan GenAI untuk meningkatkan fleksibilitas kerja dan 94 persen saat ini menggunakan atau berencana untuk menggunakan teknologi tersebut pada tahun depan.
Di Indonesia, karyawan sangat antusias dengan GenAI. Saat ini terdapat 44 persen karyawan yang menggunakan GenAI, dan 38 persen lainnya berencana menggunakannya pada tahun depan.
Sejalan dengan karyawan, perusahaan juga menilai GenAI sebagai hal yang positif. Hal ini dibuktikan oleh pendapat responden dalam survei, di mana 61 persen perusahaan di Indonesia yakin bahwa GenAI meningkatkan produktivitas karyawan.
EY Indonesia Consulting Partner, Lusi Lubis, mengatakan, AI akan menjadi salah satu aspek pendukung untuk meningkatkan inovasi dalam bekerja. Kehadirannya akan menjadi peluang baru yaitu pada aspek administratif, analitik, dan kreatif dalam pekerjaan.
"Dengan pesatnya perkembangan teknologi AI, industri membutuhkan sumber daya manusia yang kuat dan cakap," kata Lusi.
Untuk menjawab tantangan kemunculan AI, memanfaatkan AI secara optimal, dan menjadi percontohan dalam penerapan AI, diperlukan peningkatan kemampuan dan keterampilan sumber daya manusia karena kehadiran AI dapat mengubah deskripsi atau pola dunia kerja.