Senin 01 Jan 2024 06:30 WIB

Ini Nih Bocoran Strategi Investasi di Tahun Pemilu

Seimbangkan portofolio antara aset pendapatan tetap dan saham dengan teknik DCA.

Tamu undangan merayakan penutupan perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2023 di gedung BEI, Jakarta, Jumat (29/12/2023).
Foto: Republika/Prayogi
Tamu undangan merayakan penutupan perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2023 di gedung BEI, Jakarta, Jumat (29/12/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Commonwealth memberikan rekomendasi strategi investasi yang berpeluang memberikan imbal hasil (yield) baik tapi tetap aman pada masa tahun pemilu.

Strategi tersebut yaitu manajemen portofolio yang berimbang antara kelas aset pendapatan tetap (fixed income) dan kelas aset saham (equity) dengan metode Dollar Cost Averaging (DCA) atau akumulasi secara bertahap. "Kelas aset pendapatan tetap diperkirakan dapat memberikan peluang yang menarik seiring dengan rencana pemangkasan suku bunga acuan The Fed," kata Head of Research & Advisory Bank Commonwealth Thadly Chandra di Jakarta.

Baca Juga

Dia menjelaskan Bank Indonesia (BI) memiliki ruang untuk penurunan suku bunga acuan pada tahun 2024 jika inflasi terkendali dan nilai tukar rupiah stabil. Oleh sebab itu, obligasi dapat dijadikan opsi diversifikasi investasi yang risikonya lebih rendah, namun dengan yield yang relatif stabil dan tetap memberikan return yang menarik.

Menurut dia, kelas aset saham juga memiliki peluang yang menarik dengan pertimbangan kondisi fundamental makroekonomi Indonesia yang solid. Kemudian inflasi yang terkendali, proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang di atas lima persen pada 2024, dan juga aktivitas ekonomi yang diperkirakan meningkat sebagai dampak dari pemilu.

"Selain itu, berdasarkan valuasi Price Earning Ratio, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga menarik di kisaran 15,4 kali," kata dia.

Thadly menambahkan, pemilu berdampak positif terhadap ekonomi. Secara historis, pemilu biasanya meningkatkan likuiditas di pasar keuangan serta meningkatkan aktivitas ekonomi. Kinerja bursa saham menjelang pemilu pun cenderung positif, khususnya enam bulan menjelang pemilu.

Sebagai contoh, pada Pemilu 2014, IHSG menguat kurang lebih 15 persen pada Desember 2013 hingga Juli 2014. Sedangkan pada Pemilu 2019 indeks naik sekitar 11 persen pada Oktober 2018 hingga April 2019.

Namun, Thadlly mengimbau investor untuk terus mengamati perkembangan ekonomi saat ini. "Terutama terkait tensi geopolitik yang masih terus berlangsung, perlambatan ekonomi global yang berpotensi memicu resesi, serta arah kebijakan moneter berbagai bank sentral khususnya the Fed," ujar dia.

Thadly juga mengingatkan para investor untuk tetap menyesuaikan dengan profil risiko serta tujuan dan jangka waktu investasi untuk mengoptimalkan portofolio.

 

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement