REPUBLIKA.CO.ID, MURUNG RAYA -- Selama puluhan tahun, malam di beberapa desa di Kabupaten Murung Raya hanya ditemani lampu minyak yang redup. Anak-anak belajar dengan mata perih, ibu-ibu memasak dengan kayu bakar, sementara pedagang kecil harus menempuh perjalanan jauh hanya untuk mendapatkan es batu.
Kabupaten Murung Raya saat itu menjadi daerah dengan Rasio Desa Berlistrik pada angka 40 persen, terendah Se-Kalimantan Tengah. Kini, semua itu menjadi cerita masa lalu.
Tidak ada kode iklan yang tersedia.
Ribuan warga di 22 desa Kabupaten Murung Raya akhirnya menikmati terang listrik dari PLN selama 24 jam penuh. Melalui Program Listrik Desa (Lisdes), negara hadir membawa harapan baru bagi daerah yang sekian lama terjebak dalam kegelapan.
Prosesi penyalaan listrik pertama dipusatkan di Desa Hingan Tokung pada 10 September 2025.
Sore itu, ketika lampu-lampu menyala untuk pertama kalinya, sorak gembira warga memecah keheningan. Bupati Murung Raya Heriyus Midel Yoseph, yang hadir meresmikan secara simbolis, tak kuasa menyembunyikan rasa harunya.
“Atas nama Pemerintah Kabupaten Murung Raya, saya mengucapkan terima kasih kepada PLN UID Kalselteng (Unit Induk Distribusi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah) atas terealisasinya penyambungan listrik desa ini. Ini adalah mimpi panjang masyarakat yang akhirnya terwujud,” ujar Heriyus.
Baginya, listrik bukan sekadar soal terang di malam hari, tetapi fondasi kemajuan yang akan mengubah wajah desa.
“Dengan adanya listrik, aktivitas warga akan lebih mudah, anak-anak bisa belajar lebih nyaman, usaha kecil dapat berkembang, dan kualitas pendidikan meningkat. Inilah momentum yang harus kita manfaatkan bersama,” tambahnya.
Manfaat listrik langsung terasa di rumah-rumah warga. Yensi, seorang ibu rumah tangga, masih mengingat betul bagaimana repotnya hidup tanpa listrik.
“Sebelum ada listrik itu, kita pakai lampu tembok dari minyak solar. Masak pakai kayu bakar, anak-anak susah belajar karena lampu tembok itu redup sekali,” kenangnya.
Kini, baginya listrik berarti hidup lebih ringan. Tak perlu lagi menyalakan api kayu bakar yang berasap, atau menenangkan anak-anak yang mengeluh karena cahaya yang terlalu remang.
Cerita serupa datang dari Cikmet Dopensi, pedagang kecil yang kini bisa menyimpan ikan dan membuat es sendiri di warungnya.
“Dulu kalau mau jualan es atau simpan ikan, harus ambil es dari bawah, perjalanannya sampai satu jam dari sini. Sekarang sudah ada listrik jadi kita bisa colokin kulkas sendiri, usaha lebih lancar. Otomatis kita gak perlu lagi ambil es dari bawah itu,” ujarnya.
Listrik juga membawa perubahan besar di dunia pendidikan. Kepala SDN Hingan Tokung, Baco, mengaku sekolah yang dulu gelap kini terasa benar-benar hidup.
“Dengan adanya listrik, kami bangga, rasanya berbahagia sekali, anak-anak sekolah pun senang. Mudah-mudahan dengan adanya listrik ini, kami juga akan dapat sinyal internet, biar SD kami bisa mandiri,” katanya sambil tersenyum.
Bagi Baco, listrik bukan sekadar membuat ruang belajar terang, tetapi membuka banyak pintu harapan baru bagi para siswanya.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menegaskan, elektrifikasi di pelosok seperti Murung Raya adalah bagian dari misi strategis PLN untuk membawa kesejahteraan ke seluruh penjuru Indonesia.
“Sebagai badan usaha milik negara yang diamanahi menyediakan energi listrik, PLN memastikan setiap rupiah penugasan negara akan menjadi cahaya dan kesejahteraan bagi rakyat. Elektrifikasi sampai ke pelosok negeri adalah tonggak strategis dalam mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,” tegas Darmawan dikutip Ahad (26/10/2025).
Sementara itu, General Manager PLN UID Kalselteng, Iwan Soelistijono, menambahkan, Program Lisdes ini akan mendukung kesejahteraan masyarakat, baik dari sisi perekonomian, pendidikan, maupun aktivitas sehari-hari.
“Semoga listrik ini menjadi penggerak usaha, menunjang pendidikan, dan mendukung aktivitas harian masyarakat. Infrastruktur ini aset bersama, mari kita rawat agar manfaatnya berkelanjutan,” ujarnya.
Melalui Program Lisdes PLN membangun sepanjang 164,6 kms jaringan listrik yang bisa dimanfaatkan setidaknya 2.183 rumah masyarakat. Iwan menuturkan, perjalanan melistriki 22 desa di Murung Raya bukanlah hal mudah.
Jalan berlumpur, sungai yang harus diseberangi, hingga akses yang hanya bisa dilalui kendaraan roda dua menjadi tantangan harian bagi petugas di lapangan untuk mengangkut tiang dan trafo.
“Ada beberapa desa yang aksesnya hanya jalan kecil, sulit untuk mengangkut tiang dan trafo yang berat. Tapi kami berharap sebelum 2030, seluruh desa maupun kelurahan di Kabupaten Murung Raya sudah berlistrik PLN,” jelasnya.
Kerja keras PLN dan dukungan masyarakat kini membuahkan hasil nyata. Dalam dua tahun terakhir, rasio desa berlistrik di Murung Raya melonjak dari 40 persen menjadi lebih dari 65 persen dan angka itu terus bertambah seiring percepatan Program Lisdes.
Dari lampu minyak ke cahaya listrik, dari gelap menuju terang Murung Raya kini menatap masa depan dengan optimisme baru.