Rabu 20 Dec 2023 18:53 WIB

Dorong Kenaikan DPK, Bank BTN Incar Nasabah Kakap

Bank BTN melakukan pengembangan segmentasi baru prioritas AUM di atas Rp 10 miliar

Bank BTN juga saat ini sedang melakukan pengembangan segmentasi baru pada segmen Prioritas  dengan melakukan penambahan Segmen Private untuk nasabah dengan Asset Under Management (AUM)  di atas Rp 10 miliar dan Segmen Preferred untuk nasabah dengan AUM antara Rp 100 juta hingga Rp 500 juta. 
Foto: Dok Bank BTN
Bank BTN juga saat ini sedang melakukan pengembangan segmentasi baru pada segmen Prioritas  dengan melakukan penambahan Segmen Private untuk nasabah dengan Asset Under Management (AUM)  di atas Rp 10 miliar dan Segmen Preferred untuk nasabah dengan AUM antara Rp 100 juta hingga Rp 500 juta. 

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Menjelang tutup tahun 2023, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk menyusun strategi untuk mendorong kenaikan Dana Pihak Ketiga (DPK) tahun 2024. 

Bank BTN menjaga momentum pertumbuhan DPK  yang tercatat meningkat pada bulan November lalu, hingga bulan November 2023 DPK, Bank BTN tumbuh positif 2,62 persen yoy menjadi Rp 345 Triliun. Pertumbuhan DPK Bank BTN didorong oleh pertumbuhan dana murah/ CASA yang tumbuh 11,41 persen yoy dengan rasio CASA yg telah mencapai 51,86 persen. 

"Bank BTN telah menjalankan beberapa langkah inisiatif strategis dalam mendongkrak dana murah, salah satunya adalah pengembangan kapabilitas digital dalam mengakuisisi pendanaan berbunga rendah atau low-cost funding dan peningkatan transaksi berbasis pendapatan non bunga atau fee-based income," Direktur Distribution and Funding Bank BTN, Jasmin, di Jakarta, Rabu (20/12/2023). 

Kapabilitas digital, Jasmin menjelaskan, adalah mengoptimalkan aplikasi BTN Mobile, dimana sejak peluncuran pada 12 Februari 2023, BTN Mobile telah mengakuisisi 1 juta pengguna dan melakukan pengembangan 75 fitur transaksi,  salah satunya adalah pengembangan produk e-deposito.  Hingga Bulan November 2023, saldo e-deposito telah mencapai Rp 10,37 triliun.

Jasmin menambahkan, Bank BTN juga saat ini sedang melakukan pengembangan segmentasi baru pada segmen Prioritas  dengan melakukan penambahan Segmen “Private” untuk nasabah dengan Asset Under Management (AUM)  di atas Rp 10 miliar dan Segmen “Preferred” untuk nasabah dengan AUM antara Rp 100 juta hingga Rp 500 juta. 

“Dengan beberapa inisiatif strategi tersebut, Bank BTN dapat terus menjaga momentum pertumbuhan DPK ditengah likuiditas yang masih ketat saat ini dengan biaya dana atau Cost of Fund yang relatif rendah,” ujar Jasmin.

Menjaga “Cost of Fund” tetap terkendali di era suku bunga tinggi, menjadi tantangan bagi  korporasi.

Jasmin menilai, bahwa pertumbuhan beban bunga di Bank BTN masih relatif stabil.  Ia menjelaskan hingga Bulan November 2023, Suku Bunga Bank Indonesia telah naik menjadi 6 persen atau telah naik 72 persen yoy, namun beban bunga Bank BTN hanya tumbuh 39 persen yoy.  

Di tengah pengetatan likuiditas yang terjadi di pasar Jasmin menjelaskan, langkah manajemen Bank BTN untuk menjaga cost of fund  cukup sukses karena profitabilitas Bank BTN tetap positif. “Laba bersih Bank BTN selama 11 bulan berjalan masih tumbuh positif sebesar 2,10 persen yoy menjadi Rp 2,85 triliun,” tutur Jasmin. 

Sejalan dengan strategi Bank BTN terkait funding, menurut Kresna Hutabarat, analis Mandiri Sekuritas, saat ini Bank BTN mampu memecahkan pola historikal penurunan pendapatan ditengah era suku bunga tinggi. Beberapa langkah yang dilakukan oleh Bank BTN untuk meningkatkan dan mengembangkan produk CASA, peningkatan Fee Bases Income (FBI) yang lebih produktif serta menjaga beban bunga dan operasional tetap stabil.  

“Perbaikan secara struktural akan terus berlanjut seiring dengan inisiatif strategis yang akan segera dilaksanakan, seperti bulk asset sales, spin-off syariah dan optimalisasi portfolio kredit,” menurut Kresna pada Research Report yang diterbitkan. Kresna pun memberikan rekomendasi BUY untuk BBTN dengan Target Price (TP) Rp1.800,-. Saat ini saham BBTN diperdagangkan di PBV 0,5x untuk tahun buku 2024, jauh dibawah rata-rata selama lima tahun terakhir di 0,8x PBV.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement