Selasa 21 Nov 2023 11:59 WIB

Sektor Pengolahan dan Pemurnian Mineral di Indonesia Dinilai Berkembang Pesat

Indonesia bersiap untuk menjadi pemimpin di tingkat global.

Proses pembakaran bijih nikel (ilustrasi).
Foto: ANTARA FOTO/Jojon
Proses pembakaran bijih nikel (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia telah mengalami pertumbuhan yang positif dan agresif dalam pembangunan dan pengoperasian fasilitas pengolahan dan pemurnian mineral dalam beberapa tahun terakhir sebagai bagian dari strategi nasional untuk mendorong industri hilir. Meskipun situasi ini merupakan peluang transformasional bagi negara dan rantai nilai pada sektor pertambangannya, perlu ditekankan bahwa evaluasi, pembangunan, dan peluncuran banyaknya aset baru dalam kerangka waktu yang padat harus dilakukan melalui perencanaan yang matang serta pengawasan berkelanjutan agar tidak membahayakan sektor industri ini.  

 

Baca Juga

Pada salah satu kajian terbarunya atas sektor industri pengolahan dan pemurnian mineral Indonesia, dss+, yang telah memanfaatkan pengalamannya dalam membantu klien di tingkat lokal dan global untuk menyelesaikan proyek modal dengan kerangka waktu dan anggaran yang lebih baik, menyajikan pandangannya. Mendalam, atas sejumlah persyaratan yang mendasari keberhasilan peluncuran dan pengoperasian fasilitas pengolahan dan pemurnian mineral di Indonesia.

 

Secara khusus, kajian ini menyoroti bagaimana dss+ telah mengidentifikasi bahwa dalam konteks ekonomi global yang lebih luas, sebanyak 67 persen dari proyek modal mengalami kegagalan dalam aspek waktu, biaya, kualitas, atau keselamatan. Tantangan merupakan perhatian khusus bagi sektor pengolahan dan pemurnian mineral di Indonesia dan mendorong para pemangku kepentingan untuk mengambil langkah-langkah krusial dalam memastikan hasil investasi modal yang sesuai anggaran atau lebih baik.

Langkah strategis oleh pemerintah Indonesia dalam melarang ekspor mineral diidentifikasi sebagai sebuah pendorong kuat dalam meningkatkan keuntungan jangka panjang bagi negara dari kekayaan mineralnya. Dengan mengurangi ketergantungan terhadap impor logam olahan sekaligus meningkatkan nilai ekspornya, Indonesia bersiap untuk menjadi pemimpin di tingkat global, tak hanya dalam produksi mineral saja, tetapi juga dalam ekspor mineral olahan bernilai tinggi. 

Mining & Metals Lead dss+ Indonesia Alfonsius Ariawanmenegaskan bahwa meskipun angka awal menunjukkan sektor pengolahan dan pemurnian mineral sangat menguntungkan, baik pelaku industri maupun regulator tetap harus menyadari adanya tantangan yang berpotensi menghambat pertumbuhan masa mendatang bila tidak dikelola secara efektif. 

“Sektor yang terus berkembang ini menghadirkan serangkaian tantangan bagi seluruh pemangku kepentingan industri, diantaranya adalah tantangan dalam melaksanakan proyek untuk memenuhi kapasitas yang dibutuhkan secara tepat waktu, hemat anggaran, serta keselamatan yang tidak boleh dianggap remeh. Pemahaman yang jelas atas risiko serta rencana yang dipikirkan secara matang dan penuh kehati-hatian oleh para operator aset menjadi sangatlah penting,” ujar Alfonsius. 

Ia juga menegaskan, keberlanjutan merupakan faktor utama lain yang perlu dipertimbangkan dan dijalankan oleh industri lokal. Mitra luar negeri dalam industri ini menitikberatkan perhatiannya kepada sumber/asal dari mineral serta jejak lingkungan dan keberlanjutannya. 

"Hal ini didorong oleh regulator mereka yang mengharuskan adanya pelaporan yang transparan, termasuk pengguna akhir yang juga menuntut hal tersebut. Operator serta investor sektor pertambangan dan pengolahan dan pemurnian mineral perlu senantiasa mengembangkan penawaran mereka.”

Adapun, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebut sampai saat ini hilirisasi nikel menjadi paling pesat perkembangannya dalam program hilirisasi industri pertambangan.

"Jadi, kalau kita lihat memang yang paling pesat perkembangannya adalah hilirisasi di nikel di mana sudah lebih dari 100 smelter (industri pengolahan dan pemurnian) yang ada yang mengarah kepada industri besi baja dengan produk nickel pig iron dan feronikel," ungkap Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Minerba Irwandy Arif, demikian dilansie dari Antara

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement