REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Roeslani menyampaikan realisasi investasi sektor hilirisasi pada triwulan III 2025 mencapai Rp150,6 triliun. Nilai tersebut menyumbang 30,6 persen dari total investasi nasional.
Rosan menjelaskan, kontribusi sektor hilirisasi terus meningkat dalam dua tahun terakhir, dari sekitar 25 persen menjadi lebih dari 30 persen. Ia menilai peningkatan tersebut menjadi bukti efektivitas kebijakan hilirisasi pemerintah yang bisa menarik investasi bernilai tambah tinggi.
“Program hilirisasi yang dijalankan pemerintah memberikan dampak positif. Kalau dulu kontribusinya sekitar 25–26 persen, sekarang sudah 30,6 persen dari total investasi yang masuk,” ujar Menteri Investasi dalam Konferensi Pers di kantornya, di Jakarta, Jumat (17/10/2025).
Rosan merincikan, sektor mineral masih menjadi penyumbang terbesar dengan total realisasi Rp97,8 triliun. Dari angka tersebut, nikel menyumbang Rp42 triliun, disusul tembaga Rp21,2 triliun, besi baja Rp9,5 triliun, bauksit Rp5,6 triliun, serta timah Rp5,1 triliun. Ia menegaskan, dominasi sektor mineral tak lepas dari posisi Indonesia sebagai negara dengan cadangan nikel terbesar di dunia, yakni sekitar 42 persen dari total global.
Menteri Investasi menyebut Indonesia kini telah memiliki ekosistem industri Electric Vehicle (EV) Battery yang lengkap, mulai dari penambangan nikel hingga daur ulang baterai. Menurutnya, fakta demikian menjadikan negara ini salah satu pusat manufaktur energi bersih di kawasan.
“Alhamdulillah ekosistem EV battery di Indonesia sudah lengkap, mulai dari tambang nikel sampai daur ulang baterainya sudah ada di dalam negeri,” ujar Rosan.
Selain mineral, sektor perkebunan dan kehutanan mencatat realisasi investasi Rp35,9 triliun. Komponen terbesar berasal dari kelapa sawit Rp21 triliun, diikuti kayu log Rp11,1 triliun, karet Rp1,6 triliun, serta komoditas lain seperti pala, kelapa, kakao, dan biofuel.
Rosan melanjutkan, sektor minyak dan gas bumi turut menyumbang Rp15,4 triliun, terdiri atas minyak bumi Rp10,4 triliun dan gas bumi Rp5 triliun. Sementara sektor perikanan dan kelautan mencatat investasi Rp1,5 triliun, yang meliputi garam, ikan tuna, cakalang, tongkol, udang, rumput laut, rajungan, dan tilapia.
Menurutnya, kolaborasi lintas kementerian dan sektor swasta akan terus diperkuat untuk memperluas hilirisasi ke bidang kehutanan, perikanan, dan kelautan. Potensi ekonomi di sektor-sektor tersebut dinilai sangat besar dan mulai digarap lebih intensif.