Senin 13 Nov 2023 16:13 WIB

Fatwa MUI Haram Beli Barang Israel dan Gerakan Kembali ke Lokal

Boikot produk Israel bisa jadi peluang bagi produsen dan UMKM lokal untuk tampil.

Rep: Tim Republika/ Red: Fuji Pratiwi
Warga menginjak spanduk bergambarkan Bendera Israel saat Hari Bebas Kendaraan Bermotor di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Ahad (12/11/2023). Aksi tersebut sebagai bentuk solidaritas untuk masyarakat Palestina yang masih dilanda konflik perang dengan Israel.
Foto:

Apakah gerakan ini efektif di Indonesia?

Menteri Investasi atau Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan, aksi boikot produk pro Israel yang dilakukan masyarakat berpengaruh terhadap realisasi investasi. Hanya saja pengaruhnya tidak besar.

"Ada (pengaruhnya) tapi belum dalam. Itu karena (aksi boikotnya) baru. Jadi ada, sekali pun kecil," ujar Bahlil saat ditanya Republika usai menghadiri Anugerah Layanan Investasi (ALI) 2023 di Jakarta, Rabu (8/11/2023).

Dekan Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB Irfan Syauqi Beik mengatakan boikot bisa dilakukan untuk menekan Israel. "Yang diperhatikan adalah bagaimana dampak dan seberapa besar kekuatan masyarakat menurunkan permintaan terhadap produk-produk terafiliasi Israel tersebut?" ujarnya kepada Republika, Ahad (12/11/2023).

Irfan menyebut kekuatan memboikot produk yang terafiliasi dengan Israel akan semakin besar ketika masyarakat secara mudah menemukan alternatif pengganti produk tersebut. Misal produk kopi, alternatifnya produk kopi lokal atau restoran ayam lokal. Hanya saja, Irfan melihat beberapa hal masih sulit dicarikan subsitusinya.

"Paling tidak, apa yang bisa dilakukan, lakukan," kata.

Konsultan bisnis dan pakar marketing Yuswohady menilai aksi boikot produk Israel yang dilakukan masyarakat Indonesia bersifat Fear Of Missing Out (FOMO) atau perasaan takut tertinggal karena tidak mengikuti aktivitas tertentu. Nantinya setelah terjadi gencatan senjata oleh Israel dan Palestina maka FOMO akan menghilang.

Yuswohady mengatakan, aksi boikot dan adanya fatwa dari MUI ini menjadi momentum untuk brand lokal, pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) dan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) untuk menggaet pasar. Namun, brand lokal dan para pelaku usaha harus melakukannya secara elegan.

Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan membangun koneksi emosional serta empati konsumen dengan rakyat Palestina. Pelaku usaha bisa melakukannya dengan ajakan memberi bantuan atau donasi untuk rakyat Palestina bila membeli produk mereka.

"Ini harus dilakukan dengan tulus. Brand lokal atau UKM bisa memberi bantuan dan donasi untuk menggaet konsumen. Perlu diingat, brand jangan ikut lakukan boikot, cukup konsumen yang melakukan boikot.  Natural saja, gunakan pendekatan koneksi emosional, simpati, dan empati," kata Yuswohady.

 

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement