Selasa 07 Nov 2023 14:06 WIB

Menperin Tegaskan, Indonesia tak Dalam Proses Deindustrialisasi Dini

Industri manufaktur jadi sumber terbesar pertumbuhan ekonomi RI kuartal III 2023.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Fuji Pratiwi
Sejumlah pekerja menyelesaikan pembuatan sepatu kulit di sebuah pabrik di Jalan Soekarno Hatta, Kota Bandung, Jawa Barat, Rabu (31/3).
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Sejumlah pekerja menyelesaikan pembuatan sepatu kulit di sebuah pabrik di Jalan Soekarno Hatta, Kota Bandung, Jawa Barat, Rabu (31/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menegaskan, Indonesia tidak sedang dalam proses deindustrialisasi dini. Hal itu, kata dia, dibuktikan oleh rilis Badan Pusat Statistik (BPS) kuartal III 2023.

"Industri manufaktur tetap tumbuh positif dan mengesankan dibanding dengan industri manufaktur negara tetangga lainnya. Bahkan pertumbuhannya melampaui pertumbuhan ekonomi nasional, ini sekaligus menjadi sumber terbesar pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2023," ujar Agus dalam keterangan resmi, Selasa (7/11/2023).

Baca Juga

Disebutkan, data BPS menunjukkan, sektor industri kembali menduduki peringkat pertama atau penyumbang investasi terbesar yaitu 41,2 persen terhadap realisasi investasi nasional yang sebesar Rp 433,9 triliun sepanjang Januari-September 2023. Angka itu naik 18,8 persen dari periode sama pada tahun sebelumnya. 

Di sisi ketenagakerjaan, sektor industri pengolahan menyerap 19,35 juta atau 13,83 persen dari total pekerja. "Bukti lain deindustrialisasi tidak terjadi pada industri manufaktur Indonesia saat ini yaitu industri manufaktur terus berada dalam fase ekspansi sampai Oktober 2023," tuturnya.

Dikatakan, Indeks Kepercayaan Industri dan Purchasing Manager’s Index (PMI) Manufaktur Indonesia terus berada di atas 50,00 atau level ekspansi hingga Oktober 2023. Hasil survei IKI pada Oktober 2023 pun menunjukkan, sebagian besar pelaku usaha masih optimis terhadap kondisi usaha dalam enam bulan ke depan.

Optimisme ini, kata Menperin, juga tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang terjaga pada zona optimis sebesar 121,7 pada September 2023. Agus menyebutkan, berbagai ndikator tersebut menunjukkan masih kuatnya sektor industri dalam menopang perekonomian domestik Indonesia mengarah pada arah berlawanan dengan deindustrialisasi dini. 

"Kami akan terus mengupayakan agar sektor manufaktur dapat semakin meningkatkan produktivitas dan daya saingnya. Sekaligus mendukung terciptanya peluang pasar yang semakin besar bagi produk dalam negeri, baik domestik maupun ekspor," tegas Agus.

Berdasarkan data BPS, pertumbuhan sektor industri pengolahan pada kuartal III 2023 didukung oleh permintaan domestik yang kuat untuk Industri Barang Logam, Komputer, Barang Elektronik, Optik, dan Peralatan Listrik yang mengalami pertumbuhan hingga 13,68 persen. Peningkatan terjadi terutama pada produksi barang logam. Selanjutnya Industri Logam Dasar yang tumbuh 10,86 persen, didorong permintaan luar negeri terutama untuk produk ferronickel dan nickel matte.

Penopang pertumbuhan lainnya yakni subsektor Industri Alat Angkutan (7,31 persen) dengan adanya peningkatan produksi sepeda motor. Subsektor Industri Barang Galian Bukan Logam juga tumbuh positif sebesar 7,20 persen dengan meningkatnya permintaan domestik, terutama pada produk semen.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement