Senin 16 Oct 2023 18:15 WIB

Genosida Israel ke Palestina Berpotensi Picu Gejolak Keuangan Global

Harga minyak naik membuat banyak lembaga melakukan revisi terhadap proyeksi inflasi.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Ahmad Fikri Noor
Warga Palestina mengambil air dari keran air di tengah kekurangan air minum, di Khan Younis, Jalur Gaza, Senin (16/10/2023).
Foto: AP/Fatima Shbair
Warga Palestina mengambil air dari keran air di tengah kekurangan air minum, di Khan Younis, Jalur Gaza, Senin (16/10/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pembantaian yang dilakukan Israel ke Palestina atau genosida dinilai dapat menimbulkan gejolak keuangan global. Itu karena investor melarikan aset dari negara berkembang kembali ke aset aman berdenominasi dolar AS. 

"Imbasnya ke negara seperti Indonesia, capital outflow di pasar Surat Utang Negara (SUN) ciptakan pelemahan nilai tukar rupiah," ujar Ekonom sekaligus Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira kepada Republika, Senin (16/10/2023).

Baca Juga

Ia menambahkan, harga minyak yang naik juga membuat banyak lembaga melakukan revisi terhadap proyeksi inflasi. Akibatnya, kata dia, investor mendesak agar bank sentral segera menaikkan suku bunga. Hal itu, menurutnya, sangat merugikan pasar keuangan di negara berkembang, karena tekanan moneter bisa berpengaruh ke performa emiten. 

"Kondisinya sudah sangat chaos di pasar keuangan. Dikhawatirkan krisis di Timur Tengah menimbulkan krisis ekonomi global dalam waktu dekat," tutur Bhima.

Dengan begitu, lanjut dia, outlook ekonomi dunia ke depan berpotensi gelap. Bahkan, semakin suram karena adanya konflik Palestina dengan Israel.

"Ibaratnya ekonomi global sebelum adanya konflik Hamas-Israel sudah gloomy. Sekarang, outlook-nya makin suram," ujarnya.

Seperti diketahui saat ini, pembantaian yang dilakukan Israel terhadap warga Palestina masih terjadi. Kejadian itu telah menelan korban ribuan jiwa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement