Kamis 14 Sep 2023 17:32 WIB

Bank Sentral Eropa Pertimbangkan Naikkan Suku Bunga ke Rekor Tertinggi

Ini merupakan bagian dari kampanye berkelanjutan untuk menurunkan inflasi.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Fuji Pratiwi
Bendera Uni Eropa
Foto: AP/Olivier Matthys
Bendera Uni Eropa

REPUBLIKA.CO.ID, FRANKFURT -- Bank Sentral Eropa atau ECB akan menaikkan suku bunga utama di zona euro pada Kamis (14/9/2023) dengan perkiraan 25 basis poin. Kenaikan ini akan membuat suku bunga yang dibayarkan ECB untuk deposito bank menjadi 4,0 persen dan mencatatkan sebagai rekor tertinggi sejak euro diluncurkan pada 1999.

Keputusan untuk menaikkan suku bunga untuk kesepuluh kalinya berturut-turut merupakan bagian dari kampanye berkelanjutan untuk menurunkan inflasi. Hanya 14 bulan yang lalu, tingkat suku bunga berada pada rekor terendah minus 0,5 persen, yang berarti bank harus membayar untuk memarkir uang mereka dengan aman di bank sentral.

Baca Juga

Kenaikan ini dilakukan lantaran, setelah sembilan kenaikan suku bunga berturut-turut, harga-harga naik lebih dari dua kali lipat dari target dua persen dan diperkirakan tidak akan melambat ke tingkat tersebut selama dua tahun ke depan. Namun, karena biaya pinjaman yang lebih tinggi di sebagian besar negara-negara di dunia dan kelesuan ekonomi Cina juga berdampak buruk pada pertumbuhan ekonomi, dengan kemungkinan terburuknya adalah resesi di zona euro.

Para analis dan investor cenderung memprediksi jeda kenaikan suku bunga ECB sampai Reuters melaporkan pada Selasa (12/9/2023) bahwa bank sentral akan menaikkan perkiraan inflasi tahun depan menjadi lebih dari 3 persen yang memperkuat argumen untuk kenaikan. Menaikkan suku bunga dipandang sebagai alat untuk menurunkan inflasi karena dapat membuat pinjaman menjadi lebih mahal. 

Harga konsumen di 20 negara zona euro telah tenggelam sejak mencapai puncaknya pada Oktober tahun lalu. Tetapi, harga konsumen masih naik 5,5 persen year on year pada Juni. Tujuan ECB adalah menurunkan inflasi menjadi dua persen dalam jangka menengah.

Para pengambil kebijakan juga melihat proyeksi 2024 sebagai hal yang penting untuk menentukan apakah inflasi, yang saat ini masih di atas lima persen dan akan kembali ke targetnya atau berisiko terjebak pada tingkat yang lebih tinggi dalam jangka waktu yang lama.

"Momentum inflasi terlalu kuat untuk dihentikan oleh ECB," kata Ekonom Danske Bank Piet Haines Christiansen dikutip Reuters Kamis (14/9/2023).

Mayoritas ekonom dalam jajak pendapat Reuters pada pekan lalu juga memperkirakan ECB akan mempertahankan suku bunga stabil pada pekan ini. Namun, dengan perubahan suasana hati, pasar uang kini menetapkan peluang kenaikan suku bunga sebesar 65 persen yang diharapkan menjadi siklus terakhir dalam siklus yang dimulai. 

ECB mulai menaikkan suku bunga pada Juli 2022 setelah perang Rusia di Ukraina menyebabkan kenaikan harga energi dan pangan. Itu mengikuti tahun-tahun suku bunga mendekati nol dan negatif di kawasan euro. 

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement