Rabu 13 Sep 2023 17:35 WIB

The Fed Diprediksi Tahan Suku Bunga pada September 2023

95 persen ekonom memprediksi bank sentral AS akan mempertahankan suku bunga.

Rep: Novita Intan/ Red: Friska Yolandha
Konferensi pers ketua Fed Jerome Powell ditampilkan di lantai di New York Stock Exchange di New York, Rabu, 26 Juli 2023. Saham beragam setelah Federal Reserve menindaklanjuti ekspektasi Wall Street dan menaikkan suku bunga acuan ke level tertinggi dalam lebih dari dua dekade.
Foto: AP Photo/Seth Wenig
Konferensi pers ketua Fed Jerome Powell ditampilkan di lantai di New York Stock Exchange di New York, Rabu, 26 Juli 2023. Saham beragam setelah Federal Reserve menindaklanjuti ekspektasi Wall Street dan menaikkan suku bunga acuan ke level tertinggi dalam lebih dari dua dekade.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Federal Reserve akan mempertahankan suku bunga acuan pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada 19-20 September 2023 mendatang. Seperti dilansir Reuters, Rabu (13/9/2023), Ketua Fed Jerome Powell menggarisbawahi slogan ‘lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama’ dalam pidatonya simposium tahunan bank sentral Jackson Hole pada Agustus.

“Mempertahankan kenaikan suku bunga lainnya mungkin masih diperlukan untuk menurunkan inflasi ke target dua persen,” ujarnya, Rabu (13/9/2023).

Baca Juga

Namun anggota lain dari Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang menetapkan suku bunga, termasuk beberapa anggota yang lebih hawkish, telah meningkatkan kemungkinan untuk menunda kenaikan suku bunga. Hal ini bertujuan untuk memberikan lebih banyak waktu untuk mengukur dampak kumulatif 525 basis poin dan pengetatan yang dilakukan The Fed sejak Maret 2022.

Lebih dari 95 persen ekonom, dalam jajak pendapat Reuters pada 7-12 September memperkirakan bank sentral AS akan mempertahankan suku bunga fed pada kisaran 5,25 persen-5,50 persen pada minggu depan. Hal ini sejalan dengan ekspektasi pasar.

“Meskipun kami terus memperkirakan The Fed akan tetap menahan diri pada pertemuan FOMC pada 20 September, kami tidak akan terkejut melihat sebagian besar pejabat terus memproyeksikan kenaikan suku bunga lagi pada akhir tahun dalam 'dot plot' mereka yang diperbarui,” kata Ekonom senior AS di Deutsche Bank Brett Ryan.

Sebagian besar prospek kebijakan Fed dalam jangka pendek akan bergantung pada rilis data Indeks Harga Konsumen (CPI) pada Agustus. CPI diperkirakan meningkat 0,6 persen pada bulan lalu, setelah kenaikan 0,2 persen pada Juli. Jika terealisasi, hal ini berarti percepatan tingkat suku bunga tahunan menjadi 3,6 persen dari 3,2 persen.

Tingkat pengangguran naik menjadi 3,8 persen pada Agustus, meningkatkan harapan di antara mereka yang tidak ingin melihat kenaikan suku bunga lagi yang akhirnya meredam pasar tenaga kerja AS.

Namun jajak pendapat para ekonom Reuters memperkirakan bahwa tingkat pengangguran akan rata-rata sebesar 3,7 persen tahun ini dan hanya naik sedikit menjadi 4,3 persen pada 2024. Hal ini menunjukkan bahwa The Fed tidak akan jauh dari tujuannya untuk mencapai lapangan kerja penuh.

Harga dan harga sewa rumah juga diperkirakan akan tetap tinggi saat ini karena koreksi pasar perumahan AS yang relatif singkat tampaknya telah berakhir, menurut jajak pendapat terpisah oleh Reuters.

Hal ini mungkin dapat mengerem penurunan inflasi lebih lanjut, yang diperkirakan tidak akan mencapai target The Fed setidaknya hingga 2025. Hal ini menunjukkan bahwa penurunan suku bunga mungkin masih jauh.

“Pasar tenaga kerja dan perumahan yang ketat menimbulkan risiko kenaikan terhadap inflasi. Artinya, jika tidak terjadi resesi, para pengambil kebijakan kemungkinan akan mempertahankan suku bunga hingga tahun 2024,” kata Kepala Ekonom AS Citi Andrew Hollenhorst.

Penurunan ekonomi yang serius dapat membenarkan penurunan suku bunga lebih awal, namun kemungkinannya kecil. Perekonomian diperkirakan akan tumbuh sebesar dua persen tahun ini dan 0,9 persen pada 2024.

“Dalam perkiraan kasus dasar kami, perekonomian memasuki resesi pada paruh pertama tahun depan, yang akan membuat The Fed melakukan pemotongan pada kuartal kedua. Namun risikonya adalah pertumbuhan akan bertahan dan pemotongan pertama akan dilakukan kemudian,” kata Hollenhorst. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement