REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memproyeksikan peluang pasar teknologi Internet of Things (IoT) di sektor jasa keuangan terbuka lebar. Secara umum adopsi teknologi IoT mampu mendatangkan berbagai manfaat bagi industri jasa keuangan.
"Di Indonesia sendiri pasar IoT diproyeksikan akan mencapai 40 miliar dolar AS atau sekitar Rp 572,7 triliun pada 2025," kata Kepala Eksekutif Pengawas Inovasi Teknologi Sektor Keuangan, Aset Keuangan Digital, dan Aset Kripto OJK Hasan Fawzi dalam webinar OJK Institute, Kamis (14/9/2023).
Sementara untuk di tingkat global, Hasan menyebut peluangnya juga sama besarnya. Dia mengatakan pasar IoT di sektor jasa keuangan global diperkirakan dapat mencapai 6.781,7 juta dolar AS pada 2028.
Pemanfaatan IoT di Indonesia juga menuurtnya saat ini sudah berkontribusi mendorong peningkatan transaksi dan pembayaran digital. "Sebagaimana data dari Bank Indonesia untuk posisi Juli 2023, nilai transaksi digital banking tercatat mencapai Rp 5.035,70 triliun atau tumbuh sebesar 15,5 persen secara tahunan," ungkap Hasan.
Dia menjelaskan, IoT dapat menjadi salah satu solusi bagi industri jasa keuangan dengan beberapa manfaat. Manfaat pertama dapat meningkatkan keamanan dan produktivitas untuk tidak melakukan sebuah transaksi secara langsung, dapat diakses di manapun dan kapanpun, serta dapat memberikan dinamika data yang jelas.
Manfaat kedua yaitu dapat mengontrol kualitas karena industri jasa keuangan membutuhkan data terhadap tindakan dan perilaku masyarakat terhadap produk-produk yang telah dibuka untuk umum. Selain itu juga dapat mengukur tingkat efektivitas untuk mempertimbangkan evaluasi dan perubahan ketika terdeteksi tanda-tanda ketidaksesuaian.
Manfaat ketiga yaitu kecepatan evaluasi. "Karena implementasi IoT dapat memberikan industri jasa keuangan informasi yang didapatkan secara cepat dan otomatis," jelas Hasan.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum Asosiasi IoT Indonesia Teguh Prasetya mengungkapkan pemanfaatan IoT khususnya untuk sektor finansial dan industri keuangan sudah lama diterapkan. Teguh mengatakan, ada dua kategori besar penyedia IoT yang ada di tanah air.
Pertama yaitu para perusahaan besar multinasional. Lalu kategori kedua yakni perusahaan-perusahaan startup dan perusahaan rintisan UMKM yang baru muncul hingga sudah berkembang dengan pesat hingga menjadi unicron.
Penggunaan IoT di sektor finansial juga menurut Teguh cukup besar. "Sektor finansial besar pertumbuhannya dari 2020 sampai dengan 2025. Ke depan penetrasinya kita perkirakan juga di sektor finansial itu lebih dari 20 persen akan menggunakan IoT," ungkap Teguh.
Teguh menegaskan, teknologi IoT dapat menjadi solusi untuk setiap kegiatan finansial dan perbankan. Hingga 2025, lanjut Teguh, sebanyak 78 persen akan didominasi oleh penyedia aplikasi dan platform.
"IoT bisa meningkatkan pengalaman customer dan ini akan sangat positif untuk sektor finansial dan perbankan," tutur Teguh.