Senin 11 Sep 2023 13:16 WIB

Luhut Buka Pintu Buat Investor Bangun Teknologi Penyimpanan Karbon di Indonesia 

Investasi global untuk pengembangan CCS telah mencapai sekitar 6,4 miliar dolar AS.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolandha
Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menutup gelaran ASEAN-Indo-Pacific Forum (AIPF), Rabu (6/9/2023).
Foto: Republika/ Intan Pratiwi
Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menutup gelaran ASEAN-Indo-Pacific Forum (AIPF), Rabu (6/9/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, menegaskan, keinginan Pemerintah Indonesia untuk mengembangan carbon capture and storage (CCS) atau teknologi penyimpanan karbon demi mengejar target emisi bersih 2060. Ia pun membuka pintu lebar bagi para investor yang mau turut berinvestasi dalam pengembangan CCS. 

Luhut mengatakan, Indonesia memiliki potensi kapasitas penyimpanan karbon melalui sumur-sumur tua atau reservoir di bawah tanah hingga 400 gigaton. Potensi itu, menurutnya memberikan peluang investasi bisnis yang cukup signifikan. 

Baca Juga

“Pada awal 2023, Indonesia memusatkan visinya mengenai pengembangan CCS. Sektor CCS juga berkembang pesat, kami menawarkan investor untuk untuk menjadi yang terdepat dalam industri revolusioner ini yang menjanjikan keuntungan finansial jangka panjang,” kata Luhut dalam International & Indonesia CCS Forum di Hotel Mulia, Jakarta, Senin (11/9/2023). 

Untuk diketahui, CCS merupakan teknologi yang dinilai sangat efektif untuk mengurangi emisi gas rumah kaca melalui penangkapan karbon dioksida (CO2) dari proses industri dan pembangkit listrik, lalu menyimpannya dengan aman di bawah tanah.

Lebih lanjut, Luhut menuturkan, investasi global untuk pengembangan CCS telah mencapai sekitar 6,4 miliar dolar AS. Adapun Asia memberikan kontribusi sebesar 1,2 miliar dolar AS. 

“Indonesia seharusnya menjadi bagian utama dari investasi teknologi. Pengembangan CCS hub indonesia memiliki potensi yang sangat besar karena wilayah ini memiliki sumber daya yang diperlukan dari penyimpanan CO2 dan lokasi industri yang berdekatan,” ujarnya. 

Lebih lanjut, ia mengingatkan negara-negara ASEAN dengan pertumbuhan ekonomi dan populasi yang terus berkembang dan memainkan peran penting dalam jejak karbon global. 

Nantinya, ketika kawasan ASEAN mengalami pertumbuhan industri dan kebutuhan energi yang signifikan, penanganan emisi menjadi akan prioritas. “Penangkapan dan penyimpanan karbon merupakan teknologi menjanjikan yang telah diterapkan di negara-negara global,” katanya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement