REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menekankan investasi asing yang masuk ke ASEAN tidak boleh hanya didominasi oleh satu negara atau segelintir saja. Negara Asia Tenggara harus mengedepankan kemakmuran bersama.
“Kami sudah melahirkan beberapa keputusan-keputusan bersama, yang pertama bahwa kita penting untuk menjadikan kawasan ASEAN ini satu kawasan yang tidak terpisah satu dengan yang lain dengan tetap mengedepankan asas pemerataan dari investasi,” kata Bahlil saat ditemui usai ASEAN Investment Area (AIA) Council Meeting ke-26 dalam rangkaian Pertemuan Menteri Ekonomi ASEAN (AEM) ke-55 di Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (19/8/2023).
Bahlil dengan mengutip pesan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi), menyebutkan ASEAN hadir untuk kemakmuran bersama bagi seluruh anggota ASEAN. Karena itu, tidak boleh pertumbuhan investasi ke kawasan Asia Tenggara hanya dinikmati oleh segelintir negara saja.
Atas dasar itu, ujar dia, klaster investasi dalam AIA telah mengubah protokol investasi di ASEAN. Salah satu perubahan itu adalah masuknya poin-poin tambahan pada sektor-sektor yang dianggap prioritas oleh masing-masing negara.
“Contoh perkembangan kehutanan. Ini harus diberikan ruang kepada masing-masing negara untuk menentukan mana yang menjadi prioritas bagi mereka, dan tetap memperhatikan keunggulan-keunggulan komparatif di masing-masing negara,” kata dia.
Pada 2022, Bahlil menyebutkan sebanyak 60 persen investasi asing langsung yang masuk ASEAN hanya dapat dinikmati oleh kurang dari satu persen penduduk ASEAN. “ASEAN perlu lebih memupuk kolaborasi secara konkret dalam upaya promosi dan fasilitasi investasi agar ASEAN betul-betul menjadi satu komunitas, satu rumah, satu keluarga,” ujar dia.
Dalam pertemuan yang dihadiri menteri-menteri ekonomi ASEAN itu, Bahlil menjelaskan disepakati pula pembangunan ekosistem energi baru terbarukan untuk menurunkan emisi. Salah satu subsektor energi terbarukan yang disasar adalah pembangunan ekosistem mobil listrik di ASEAN.
“Ini menjadi satu bagian terpenting karena Indonesia sendiri, Malaysia, Vietnam, Thailand hampir semua negara itu sedang mengembangkan ekosistem kendaraan listrik,” kata dia.
Menurut Bahlil, pada 2022, investasi di sektor kendaraan listrik di ASEAN melompat hingga 570 persen dan investasi hijau di bidang energi terbarukan naik 240 persen. Pertumbuhan pesat itu, kata Bahlil, menandakan bahwa ASEAN sudah sejalan dengan agenda pembangunan global, sekaligus menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang pesat bisa berjalan beriringan dengan upaya pelestarian alam.