REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) optimistis penghimpunan dana di pasar modal bisa mencapai target Rp 200 triliun sampai akhir tahun ini. Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Inarno Djajadi mengakui penghimpunan dana di pasar modal tahun ini lebih rendah dari tahun lalu yang tercatat sebesar Rp 233 triliun.
Menurut Inarno, hal tersebut dipengaruhi situasi global serta adanya musim pemilu. "Kami melihat kondisi 2023 berbeda dengan 2022. Ketidakpastian global belum reda, lalu ada juga election, itu akan mempengaruhi penghimpunan dana," kata Inarno di acara HUT ke-46 Diaktifkannya Kembali Pasar Modal Indonesia, Kamis (10/8/2023).
Meski demikian, Inarno mengatakan, kinerja Pasar Modal Indonesia masih mencatatkan pertumbuhan yang positif. Ini tecermin dari beberapa indikator seperti IHSG yang berada di posisi 6.875,11 poin per 9 Agustus 2023 atau tumbuh 0,36 persen secara year to date (ytd).
Nilai kapitalisasi pasar juga meningkat 5,70 persen mencapai Rp 10.040 triliun secara ytd. Nilai kapitalisasi pasar di Indonesia juga menjadi yang tertinggi di kawasan ASEAN. Di awal kuartal III 2023, pertumbuhan kapitalisasi pasar telah menembus rekor tertinggi sepanjang sejarah yakni Rp 10.078 triliun di 26 Juli 2023.
Aktivitas penghimpunan dana di sepanjang 2023 juga terus meningkat. Hingga 9 Agustus 2023, OJK telah mengeluarkan pernyataan efektif atas pernyataan pendaftaran dalam rangka penawaran umum sebanyak 141 dengan total emisi sebesar Rp 165,22 triliun, 57 di antaranya adalah emiten baru.
"Saat ini jumlah emiten kita merupakan yang terbanyak di kawasan ASEAN dan menjadi empat terbesar di kawasan global," terang Inarno.
Pertumbuhan jumlah investor juga meningkat lebih dari empat kali lipat dalam lima tahun terakhir. Saat ini, jumlah Single Investor Identification (SID) mencapai 11,46 juta atau meningkat 11,15 persen ytd. Pertumbuhan investor tertinggi dicatatkan oleh investor reksa dana dan mayoritas masih didominasi oleh kaum milenial dan generasi Z.
Kinerja reksa dana juga bertumbuh cukup positif. Sampai 8 Agustus 2023, total NAB reksa dana meningkat sebesar 3,36 persen dari Rp 504,86 triliun per 30 Desember 2022 menjadi Rp 521,83 triliun. Sementara, jumlah dana kelolaan industri pengelolaan investasi (termasuk KIK EBA-SP dan dana Tapera) juga meningkat 2,58 persen dari sebelumnya Rp 827,94 triliun per 30 Desember 2022 menjadi Rp 848,87 triliun.
Pertumbuhan industri SCF saat ini juga cukup menggembirakan. Saat ini total pengimpunan dana melalui SCF telah berhasil dimanfaatkan oleh 433 pelaku UMKM dengan total dana yang dihimpun sebesar Rp 931,88 miliar dari 157.970 investor melalui 16 platform penyelenggara SCF.