Selasa 01 Aug 2023 20:15 WIB

KSSK: Rupiah Tetap Terkendali dan Mendukung Stabilitas Ekonomi

Persepsi investor terhadap prospek perekonomian Indonesia juga menguat,

Petugas menunjukkan uang rupiah dan dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Kamis (29/9/2022).
Foto: Prayogi/Republika.
Petugas menunjukkan uang rupiah dan dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Kamis (29/9/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) menyatakan nilai tukar rupiah tetap terkendali dan mampu mendukung stabilitas perekonomian.

"Nilai tukar rupiah sampai dengan 28 Juli 2023 secara year to date (ytd) tercatat menguat 3,13 persen ptp dari level akhir Desember 2022, lebih kuat dibandingkan dengan apresiasi peso Filipina (1,55 persen), rupee India (0,57 persen), dan baht Thailand (0,28 persen)," kata Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers KSSK di Jakarta, Selasa (1/8/2023).

Baca Juga

Menkeu mengatakan nilai tukar rupiah ke depan diperkirakan akan menguat seiring dengan akan meredanya ketidakpastian pasar keuangan global. Penguatan nilai tukar rupiah ditopang oleh indikator fundamental ekonomi yang kuat, imbal hasil aset keuangan domestik yang menarik, dan dampak positif dari implementasi PP 36/2023 tentang Devisa Hasil Ekspor dari Kegiatan Pengusahaan, Pengelolaan, dan/atau Pengolahan Sumber Daya Alam (PP DHE SDA).

"Persepsi investor terhadap prospek perekonomian Indonesia juga menguat, tercermin pada peningkatan outlook sovereign credit rating Indonesia oleh lembaga pemeringkat R&I," ujar Sri Mulyani.

R&I menaikkan posisi Indonesia dari stabil menjadi positif dengan level rating tetap terjaga pada BBB+ (2 notch di atas level terendah investment grade) pada 25 Juli 2023.

Selain itu, penguatan ekonomi Indonesia juga didukung oleh permintaan domestik. Bendahara Negara itu menjelaskan perekonomian kuartal II 2023 diprakirakan masih tumbuh kuat, ditopang oleh tren ekspansif aktivitas manufaktur dan peningkatan konsumsi rumah tangga.

Tren sektor manufaktur tercermin pada PMI Manufaktur yang meningkat ke level 53,3 pada Juli 2023, lebih tinggi dibandingkan Juni 2023 sebesar 52,5. Sementara tren konsumsi rumah tangga meningkat didorong oleh terus naiknya mobilitas, membaiknya ekspektasi pendapatan, dan terkendalinya inflasi, serta dampak positif dari Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) dan pemberian gaji ke-13 kepada Aparatur Sipil Negara. Perkembangan tersebut juga disertai Indeks Keyakinan Konsumen dan Indeks Penjualan Ritel yang masih terus bertumbuh.

 

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement